Sabtu, 06 Desember 2008

Habitat hati

"Ban, itu kapalmu. Dah mau jadi yah?"
Petang ini seperti biasa kami berangkat pulang. Dari balik jendela bus karyawan yang adem aku melirik sejenak ke arah luar memandangi bangunan itu. Kokoh, garang, namun diam tak berdaya. Kalimat kawanku itu semacam basa-basi sambil tersenyum untuk melepas lelah seharian ini. Toh kapal itu setiap hari kami lihat.

Bangunan baja garang itu seolah begitu lelah menanti untuk segera menemui habitatnya, laut. Dan, aku, petang itu segera pulang mencari habitat hati.

"Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat"
.

Kamis, 27 November 2008

Hadapi dengan senyum

Suatu hari saya mendapat sms, begini pesan singkat itu: 'Saat kehidupan menghadapkan kita pada kesulitan dan tekanan, terima dengan senyuman karena justru itulah yang akan menggali kualitas potensi kita menjadi luar biasa'. Saya terpana dan merenung sejenak, setelah itu dalam hati aku memaksa diri untuk tersenyum.

Sabtu, 15 November 2008

Badai









Makin tinggi pohon kelapa
Makin kencang angin menerpa

Makin tekun kita bersujud
Makin kuat godaan menusuk

Bersiap-siagalah..

Minggu, 09 November 2008

Doa untuk Ibu

Dua hari yang lalu ingin sekali rasanya aku berada di rumah. Rindu sekali. Hari itu hampir seluruh keluarga berkumpul untuk sebuah perpisahan sejenak. Mengantar Ibu menuju negeri 'Onta', memenuhi panggilan ke Baitullah. Hanya dengan hp-lah perasaan rindu ini sedikit terobati. Ingin kuucapkan selamat jalan. Dan tetnu semoga dapat kembali dengan selamat.

Sejenak terbayang lagi kebersamaan dengannya di masa kecil kami. Ketika masa kanak-kanak yang pasti merepotkan. Namun tak pernah jua mengeluh memberikan kasih sayang yang tak terhingga.

Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu

Ketika kini berada jauh darinya terasalah beban kerinduan itu. Ingin sekali rasanya melepas dan megantarnya hingga lambaian terakhir.
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu

Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....

Rabbigfirlii waliwalidayya warhamhuma kamaa rabbayanii shaghira'...

Selamat jalan Ibu, memenuhi panggilan ke Baitullah. Titip doa untuk kami anakmu.

*"Ibu" Iwan Fals.

Selasa, 28 Oktober 2008

Sesungguhnya

Saat dunia berhenti berputar
saat manusia tak sanggup lagi berharap
ketika mentari tak sanggup lagi berjanji
menyinari dunia yg tlah kau singgahi
mampukah kau untuk berbagi
tanpa hasrat ingin diberi
di hadapanNya
di hadapanMu ya Allah

“Sesungguhnya” By Ungu

Kamis, 23 Oktober 2008

Tekad* di pagi itu

Pagi ini angin bertiup agak kencang saat lagi diatas motor menuju tempak kerja. Dari kejauhan mulai tampak awan kelabu. Hujan sebentar lagi akan menguyur deras. Seperti setiap pagi ketika berangkat, biasanya saya memasang earphone di balik helm. Hitung-hitung dari pada mendengar deru ratusan kendaraan yang membosankan, kupilih channel Radio Salam FM**.

Sepekan yang lalu ada syair yang entah kenapa diputar hampir setiap pagi tepat kala sedang tancap gas. Syair ini tentu mengingatkan lagi masa indah bersama kawan-kawan KAMMI di Makassar. Mengingatkan saat-saat daurah, saat meeting, riadhoh, saat jaulah ke daerah dan tentu saat menyaksikan mereka-mereka para pemuda dengan takbir kekarnya.

Syair ini seolah memacuku untuk makin melajukan motorku.

Kami sadari jalan ini kan penuh onak dan duri
Aral menghadang dan kedzaliman yang kan kami hadapi
Kami relakan jua serahkan dengan tekad di hati
Jasad ini , darah ini sepenuh ridho Ilahi

...
Kami adalah panah-panah terbujur
Yang siap dilepaskan dari bujur
Tuju sasaran , siapapun pemanahnya

...

Kami pisau belati yang selalu tajam
Bak kesabaran yang tak pernah akan padam
Tuk arungi da'wah ini jalan panjang

Asalkan ikhlas dihati menuju jannah Ilahi Rabbi
Tuk teman-teman KAMMI se-Indonesia, terkhusus KAMMI Daerah Sulsel,
SELAMAT MENGGELAR MUKTAMAR VI KAMMI di MAKASSAR
Semoga Sukses.

*Tekad/ Munsyid : Izzatul Islam/ http://liriknasyid.com
** Salam FM 102.7, bisa dengar juga
melalui audio streaming di www.radiosalamfm.com

Sabtu, 18 Oktober 2008

Waktu cepat berlalu









Waktu terasa berputar begitu cepat berlalu
Pagi dan petang seolah hanya sekejap saja
Pagi lagi, petang lagi...

Jumat, 10 Oktober 2008

Nol













Ada kalanya mata jenuh memandang langit yang terik. Hingga rasanya ingin berteduh. Berteduh di bawah rindang pohon yang hijau. Dan merasakan belaian angin yang sepoi. (Welcome Syawal)

Minggu, 07 September 2008

Bulan Perjuangan



















Puluhan sms mendera hp-ku mengucapkan kata-kata kegembiraan menyambut datangnya bulan suci itu. Teriring salam kepada semua kawan semoga ramadhan kali ini menjadi ramadhan yang terindah.
Ada suasana yang mendebarkan bagiku. Ramadhan kali ini akan kulalui di negeri rantau. Dan yang lebih penasaran lagi adalah bagaimana suasana bulan puasa di tempat kerja. Dan ternyata…
Hari ini ramadhan telah berlalu 4 hari. Seperti biasa pagi-pagi aku berangkat meninggalkan rumah. Sambil tancap gas menuju tempat kerja berburu dengan ratusan pengendara motor yang lain, terdengar syair nasyid dari earphone dibalik helmku yang entah, syairnya saat itu begitu bermakna. Sejenak tanganku seolah bergetar memegang stang motor dan tubuh bergidik.

Bulan perjuangan tingkatkan iman
Pupuk pengorbanan suci
Bina kesungguhan bina keiklasan
Berbekal takwa untuk
kehidupan Ramadhan

Yah…Bulan perjuangan. Berpuasa dibawah terik mentari sambil menyusuri bangunan-bangunan kapal menyempurnakan perjuangan ini. Pantulan panas dari berbagai arah memaksa peluh memabasahi dahi dan sekujur tubuh. Kutengadahkan kepala keatas menatap bola matahari yang membara dari balik black glasses. Haus? Pasti. Di hari biasa jika turun ke lapangan aku biasanya selalu membawa sebotol air. Sehari kadang diisi lagi 2-3 kali. Begitu indah perjuangan ramadhan kali ini.

Hindarkan kesiaan kata dan perbuatan
Tinggikan hari dengan kesibukan Robani
Janganlah sampai keluar dengan tangan hampa
Tiada hasil kecuali lapar dahaga

Lapar dan dahaga mungkin salah satu ujian ramadhan, namun bukan hanya itu yang menjadi tuntutan ibadah puasa kita.

Ingatkan diri sang junjungan di bulan Rohmah
Tegakkan malam bertabur dzikir dan tilawah
Cerah hari hari bercahayakan
Indah menyinar ketakwaan

Inilah amalan yang mesti kita sempurnakan. Ladang untuk itu datang lagi untuk kita tahun ini. Allah masih memberikan kesempatan bagi kita.


Telah datang bulan keagungan
Bulan rohmah untuk keberkahan
Berlombalah untuk pahala
Dari malam seribu bulan
Lailatul Qodar
Perbanyaklah ridhoi Robb-mu
Syahadah istigfar selalu
Mintalah ridho-Nya karena tujuan-Mu
Mohon perlindungan dari nerakanya
Ramadhan... Ramadhan..
(Ramadhan/ Munsyid : Izzatul Islam/ http://liriknasyid.com)

Tak terasa aku hampir sampai ke tempat kerja. Dari kejauhan nampak ujung-ujung gantry crane berwarna kuning yang menjulang jangkung bertulisakan SAFETY FIRST mengangkangi kapal-kapal yang belum rampung.
Terima kasih ya Allah kau pertemukan kami dengan ramadhan kali ini.

Allahumma barik lana fi rajaba wa sya’ban waballigna ramadhan.

Selasa, 19 Agustus 2008

Ucapan terima kasih

Teriring ucapan terima kasih dari adik-adik asuh dan keluarganya kepada para kakak-kakak yang dengan penuh keikhlasan telah memberikan secercah harapan kepada mereka. Kami menyambungkan ucapan terima kasih mereka, semoga menjadi amal jariyah untuk kita semua. (Telah diserahkan bea-siswa untuk biaya pendidikan 6 bulan pertama untuk 5 orang adik asuh pada 16 Agustus 2008).

(Tribute untuk kawan2 di Batamec all trade, terkhusus Accounting Dept, kawan2 di Pan-United, di Jaya Asiatic,dll. Doa mereka mengiringi langkah kita.)

Jumat, 01 Agustus 2008

TRUE STORY FROM MY NEIGHBOUR














Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Kepada kawan-kawan (PT. Batamec Shipyard/ dan lainnya)
Lewat lembaran ini kami ingin menceritakan sebuah kisah yang mengajak kita untuk berbagi kepedulian.

Kemarin malam, seorang tetangga kami (waktu masih tinggal di Mess Perusahaan, Perumnas Sagulung Blok F 13-14), Pak Tata namanya, menceritakan kisah nyata kalau bisa dibilang, atau lebih tepatnya kisah di depan mata karena aktor-aktornya adalah tetangga sendiri yang rumahnya pas sudut jalan, di depan rumah Pak Tata, blok F 85). Sebuah keluarga yang didalamnya ada beberapa anak yatim. Karena ingin menyaksikan sendiri para ’aktor’ tersebut, kami berkunjung ke rumah itu. Rumah yang sebenarnya sangat sering aku lewati dulu saat masih menjadi warga blok F.

Dari depan rumah tersebut nampak kusam. Nampak tembok yang mulai pudar putihnya dan terkelupas karena tak disentuh renovasi sekalipun. Lampu depan yang menerangi teras malam itu bersinar sayu seolah tak bertenaga. Halaman rumah juga kosong tak ada hiasan bunga-bungaan. Mungkin penghuni rumah ini tak sempat lagi memikirkan masalah seperti itu.

Kami tiba disambut seorang kakek yang masih nampak gesit. Lalu muncul satu persatu isi rumah tersebut. Seorang ibu paruh baya, seorang anak kecil kurus, seorang kakaknya, lalu seorang gadis seusia anak SMA. Lalu tiba dari luar beberapa anak remaja yang tampaknya dari acara ’panggung pemuda’ yang lagi digelar di depan kompleks malam itu. Ternyata di rumah itu ada 14 orang penghuni. Saya tidak habis pikir, kok bisa ya rumah sekecil itu memuat orang sebanyak itu. Saat masih di Mess F/14 saja (istana batamec itu), kami tinggal delapan orang sudah terasa rame, apalagi empat belas orang.

Di rumah tersebut tinggal beberapa orang anak yatim. Kurang lebih sebulan yang lalu, Bapak mereka meninggal karena sakit. Kini anak-anak tersebut diasuh oleh ibunya bersama anggota keluarganya yang lain di rumah tersebut.

Ada beberapa orang anak yang masih dalam usia sekolah. Ada Teguh (SD), Andi (SKB), Akbar (SKB) dan Eli (MAN). Suci (SD) anak Pak Tata sekalian juga. Keluarga anak-anak ini sebenarnya merasa bimbang dan berat untuk menyekolahkan mereka. Jangankan untuk biaya sekolah, untuk kebutuhan sehari-hari mungkin masih seadanya. Karena yang menjadi tulang punggung keluarga itu tak ada lagi. Sementara yang ’berproduksi’ alias mencari nafkan di rumah itu seorang paman yang narik ojek, kakek yang bantu-bantu Pak Tata di usaha kerupuk dan sang Ibu yang jualan kecil-kecilan di pasar Sagulung.

Hati ini tergugah ingin sekali meringankan beban mereka walau malam itu hanya memberikan sedikit harapan bahwa akan ada teman-teman saya yang Insya Allah akan bersedia membantu. Utamanya untuk membiayai biaya bulanan sekolah mereka. Setelah diakumulasi, mereka berempat membutuhkan sekitar sekitar Rp. 350.000 sebulan. (Mungkin nilai yang tak seberapa bagi yang sudah berkecukupan).

Kulihat wajah cerah dan senyum bahagia, mungkin juga haru sebab kulihat mata ibu itu berkaca-kaca. Dan...akhirnya kebahagiaan karena anak-anaknya akan ada yang membantu biaya pendidikan mereka, mengharapkan kepedulian kita. Sebenarnya saya takut memberikan harapan seolah biaya sekolah akan ’beres’ sebab calon kakak asuh itu harapannya adalah Anda, yang belum saya konfirmasi. Olehnya itu kami mengajak kawan-kawan untuk menjadi Kakak asuh bagi mereka dengan membantu biaya pendidikan mereka. Saya kira ini mungkin salah satu cara Dia, mengajarkan arti sebuah kepedulian, dan bukan sekedar teori. Mulai yang dekat dengan lingkungan tempat kita berada.

Kalau boleh ini semacam teknisnya:
Berikut keterangan dan rincian biaya yang dibutuhkan*:
No
Nama
Sekolah
Biaya perbulan
1.
Eli
Kelas 1 Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Batam
Rp. 125.000
2.
Teguh
Kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Bina Ummah, MKGR
Rp. 50.000
3.
Andi
Sanggar Kegiatan Belajar (Smpg RS Daerah Btm)
Rp. 50.000
4.
Akbar
Sanggar Kegiatan Belajar (Smpg RS Daerah Btm)
Rp. 50.000
5.
Suci
Kelas 3 SD Darul Qufran, Sagulung
Rp. 60.000

Untuk tahun ajaran baru, Eli yang baru Kelas 1 MAN Batam, dan Teguh juga membutuhkan biaya pembelian buku sebesar Rp. 317.000* dalam bulan ini (Juli 08)
Bagi kawan-kawan yang berminat menjadi kakak asuh/ donatur (jumlah sesuai keinginan, namun mungkin sekedar tawaran memilih paket 25.000, 50.000, 75.000, 100.000 perorang/ perbulan). (Exp: 13 kakak asuh x Rp.25.000 = 325.000). Harapanya bulan Agustus nanti telah ada Kakak Asuh yang bersedia membantu biaya sekolah mereka.
Untuk jangka selanjutnya kami akan mencoba bekerja sama dengan lembaga yang menjadi fasilitator beasiswa anda nantinya.
*) Data copy-an yang diberikan kepada kami

Fasilitator, info dan saran:
Marhaban/ BC 3539. Yang berminat silakan ketik sms (Nama/Dept/Donasi) ke Cp: 081355122909 Exp (Marhaban/Hull/25rb). Email: mar_haban@yahoo.co.id. Blog: mar-haban.blogspot.com. Atau langsung ke alamat mereka: Perumnas Griya Sagulung, Blok F/85. Kelurahan Sagulung Kota, Kec. Sagulung. Mengajak juga untuk menjadi semacam ‘team kakak asuh’.
Posted: Batam_Sunday, 27 July 2008

Minggu, 13 Juli 2008

Tiada henti

Kala terik makin panas membakar
Tiba-tiba awan datang menggulung
Hitam pekat bak siluman bersarung
Hujan menderu basahi tanah berdebu

Saat tantangan makin menempa
Memaksa kita makin dewasa
Hingga kadang berfikir untuk berkata:
Mampukah kita?


Namun toh ternyata kita semua bisa melewatinya
Hingga makin terasa arti penting
Sebuah tanggung jawab

Ternyata kita takkan pernah berhenti belajar

(Sejenak rehat project H7038)

Senin, 07 Juli 2008

Surat Buat Wakil Rakyat















Iwan Fals ( Album Wakil Rakyat 1987 )

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Wakil rakyat kumpulan orang hebat
Bukan kumpulan teman teman dekat
Apalagi sanak famili

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Dikantong safarimu kami titipkan
Masa depan kami dan negeri ini
Dari Sabang sampai Merauke

Saudara dipilih bukan di lotere
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam juara he eh juara hahaha

Untukmu yang duduk sambil diskusi
Untukmu yang biasa bersafari
Disana di gedung DPR

Dihati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam

Kemarin aku mendengar lagi lagu ini langsung dari seorang (mirip) Iwan Fals. Mirip suara dan idealismenya. Minimal wajah dan penampilannya berkata begitu. Entah apa alasan penyelenggara acara hari ini mengundang mereka jadi bintang utama. Biasanya yang tampil dalam acara serupa ini seperti bulan kemarin adalah para Nasyider yang berwajah sejuk bak pangeran dan tak brewokan. Two tumbs up for panitia.

Inilah lagu yang ga ada matinya, menurut kesimpulan sementara saya. Kami yang duduk bersila sambil melambai-lambai tangan hafal betul dan sangat menikmati lagu ini. Padahal sudah lagu ini hampir berusia 30 tahun.

Ada perasaan geli sekaligus kecut tapi kami begitu menikmatinya, hingga seorang "yang biasa bersafari" yang hadir hari itu digotong untuk "mengakui kebenaran lagu itu".

Wakil rakyat seharusnya merakyat
Jangan tidur waktu sidang soal rakyat
Wakil rakyat bukan paduan suara
Hanya tahu nyanyian lagu “setuju”
Bravo Iwan Fals. Sebentar lagi lagu ini akan laris lagi sebagai pelipur rakyat yang tak berdaya. Selama Indonesia belum AMAN DAN SEJAHTERA lagu ini akan tetap abadi.

Minggu, 15 Juni 2008

Mars Kepanduan

Bangkitlah mujahid bangkitlah
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan
Gentarkan musuhmu gentarkan
Tak kan pernah usai pertarungan
Hingga ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar
Walau raga kan meregang nyawa
Karna ALLAH tlah janjikan syurga
Untukmu mujahid setia

Melepas lelah usai Mukhayam.

Sabtu, 07 Juni 2008

Tangan kita

Aku sedih dan ingin marah
Mendengar penyakit bangsa ini
Banyak hutang dimana-mana
Banyak tangan asing dimana-mana
Banyak 'tikus' dimana-mana

Negeri ini butuh tangan kita

Tribut to Ust Nurmahmudi Ismail

Rabu, 04 Juni 2008





















Batam Dalam Kenangan

Suara Persaudaraan

Kulihat mentari bundar di langit Batam
Membara redup lembut tiada menyilaukan

Sebentuk siluat pepohonan dari hutan nan perawan

Getarkan hati akan keagungan Tuhan

Yang merindu pertemuan dengan Ar-Rohman


Nasyid ini pertama kali ku mendengarnya di awal-awal tarbiyah, dari seorang yang baik hati. Terdengar agak melo, sendu, jadul dan agak norak. Saat itu aku tidak biasa mendengar lagu dengan ritme yang demikian. Beberapa tahun berikutnya aku mulai akrab dengan nuansa seperti itu dan tidak merasa ganjil lagi. Sekian lama aku tak mendengar syair itu lagi. Belakangan saat tak sengaja mendengarnya, entah kenapa syair diatas mulai menggetarkan hati.

Dipagi itu nahgoya berseri
Di muka kuning kudapatkan rumah suci

Disana kulabuhkan sejenak dipesanggrahan hati

Sambil menganyam gaun rindu sanubari

Menguak takbir kebesaran Illahi
Nagoya dan Muka Kuning, ah sungguh ramai dikau.

Alloh Alloh Alloh
Pagi yang indah saat ku di sana

Alloh Alloh Alloh

Seindah ukhuwah yang menyala di dada


Ukhuwah...
Betapa bersyukur kita memiliki saudara di mana-mana
Saat berjumpa seolah telah lama kita saling berkenalan
Alloh...Allah...

Tribute to My-new-family

Batam is a small but busy island in Indonesia of 45km x 25km and nearly a million people, hundreds of multinational owned factories, towns, shopping centres and gateway to the Riau Islands.


Located only 20km from Singapore and 25km from Johor in Malaysia, Batam is Indonesia's equivalent to China's SEZ's (Special Economic Zones) - a place where the nation's economic planners test new economic policies and ideas. The island is an industrial hub with electronics factories, a large and growing ship repair industry and an even larger oil service sector. Quite a few expats head there for work, and pubs and golf courses have sprung up to serve them.
Most tourists, on the other hand, come from nearby Singapore . Unless you have a particular interest in these, you're better off going elsewhere, such as Batam's more resort-y neighbor Bintan or the peaceful capital city of the province Tanjung Pinang. (wikitravel.org)

Jumat, 23 Mei 2008

Jilbab Suci













Gadis kecil itu berjalan dengan santai di depan kami. Dia memakai baju dan celana agak tebal berwarna biru tua. Jilbab kecil putih menutupi kepala hingga dadanya. Kami (bersama Ikram, Pak John sekeluarga, Pak Tata dan anak gadis kecilnya) barusan pulang dari acara Milad PKS (20/05/08) di Lapangan Engku Putri, Batam Center.

Nama gadis kecil itu, Suci. Usianya baru 9 tahun dan masih duduk di kelas 2 SD Darul Gufron, Batam. Tubuhnya kurus tapi lincah. Di sekolah semua siswi diharuskan memakai jilbab, namun biasanya dilepas jika di rumah. Awalnya saya tidak menyadari salah satu kebiasaan istimewa anak itu hingga Ayahnya menceritakan kepada saya. Jika keluar rumah Suci selalu memakai jilbabnya. Bahkan jika buru-buru hendak keluar bermain diluar rumah dengan teman-temannya tak pernah lupa memakainya jilbabnya. Padahal ayahnya tak pernah memaksa untuk memakai jilbab.

Hari itu Ayahnya bercerita lagi sebuah kejadian tentang Suci yang membuat hatiku merinding. Suatu hari Suci marah kepada kawan mainnya lalu serta merta menempeleng kawannya itu. Ayahnya yang berada tidak jauh dari mereka, bertanya. ”Suci, kenapa kawannya ditempeleng?” Dengan bahasa pembelaan diri, Suci berujar, ”Dia menarik jilbab saya, kelihatan rambut saya, kan ini aurat Ayah.”. Masya Allah. Anak usia 9 tahun itu telah mengerti arti aurat dan memilki ghiroh keislaman seperti itu. Padahal menurut ayahnya, dia tidak pernah mendidiknya dengan sikap ekstrim seperti itu.

Inilah salah satu yang memberikan kesyukuran luar biasa dan semangat hidup buat Ayah Suci ditengah banyak ujian* dalam keluarga mereka. Anak itulah mungkin yang menjadi qurratu a’yun (penyejuk mata) bagi Ayahnya. ”Kalau begitu tempeleng saja”, ujar Ayahnya.

”Kak, mau kemana kak?” dia bertanya sambil melihat kearahku. “Mau singgah dulu ke rumah kak Ikram”. Dengan tersenyum kukucek perlahan kepala Suci yang ditutupi jilbab putih itu. Kami berpisah setelah sampai di persimpangan siang itu dan lelah dengan acara Milad seharian. Jilbab yang menutupi aurat anak kecil itu begitu suci, sesuci jiwanya.

Tribute to Pak Tata and his daughter, Suci.

Rabu, 21 Mei 2008

Film Sang Murabbi

Film "Sang Murabbi" Akan Segera Tayang


Sebuah film perjuangan seorang ustad yang rendah hati dan bersahaja. Kesederhanaan adalah hal yang kini mulai banyak hilang di tengah umat

Hidayatullah.com—Sebuah film yang bercerita tentang seorang guru bersahaja akan menjadi koleksi tontonan menarik umat Islam Indonesia. Film bertajuk "Sang Murabbi" ini menceritakan kisah seorang “pejuang dakwah” yang bersahaja.
Film yang disutradari oleh Zul Ardhia ini menampilkan bintang Irwan Rinaldi sebagai Ustadz Rahmat, Ummi Fida (diperankan oleh Astri Ivo) dan didukung beberapa bintang lain; Neno Warisman dan Afwan Izzis.

Syuting film ini dilakukan di beberapa kawasan. Diantaranya di Setu, Jakarta Timur. Menurut situs blog sangmurabbi, lokasi ini dipilih karena memiliki kemiripan dengan situasi Kuningan, Jakarta Selatan, di era 70-an akhir dan 80-an.
Pengambilan gambar juga dilakukan di lokasi di wilayah lain seperti Kampung Raden, Pondok Gede, dan Pondok Rangon.

Sebagaimana diketahui, film ini dicuplik dari perjalanan hidup almarhum Ustad Rahmat Abdullah. Almarhum dikenal sebagai seorang ustadz, "pejuang dakwah" dan guru aktivis PKS.
Ustadz Rahmat Abdullah, adalah putra Betawi yang lahir di Jakarta pada 3 Juli 1953. Almarhmum meninggal dunia tahun 2005 setelah terkena stroke ketika wudhu untuk mengerjakan sholat Magrib.

Selain dikenal sebagai mentor kader PKS, semasa hidup, almarhum pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Syuro DPP PKS. Almarhum juga sempat menjadi anggota Komisi III DPR RI yang membidangi masalah hukum, HAM dan perundang-undangan.
Sebelum menjadi anggota DPR, almarhum aktif sebagai guru di beberapa sekolah, di antaranya Madrasah Ibtidaiyah (MI) Miftahul Huda (1970), SD Islam Tarbitul Aulad (1971-1973), Madrasah Tsanawiyah (Mts) Rumah Pendidikan Islam (1981), Aliyah Pendidikan (1982-1984), pengajar Ma'had Dirasah Islamiyah Iqro (1993-1997) dan pengajar pendidikan Duru TK Islam Terpadu Iqro (1999).

Almarhum juga mendirikan Yayasan Islamic Center Iqro pada 1992. Di tahun 2000, dalam sebuah acara Seminar Nasional bertajuk “Tarbiyah di Era Baru” di Masjid UI, Kampus UI Depok, ustadz keturunan Betawi itu pernah disebut sebagai Syaikhut Tarbiyah.
Almarhum dikenal sebagai sosok pejuang da’wah yang sangat aktif memperkaya wawasan keilmuannya. Pendidikan formalnya hanya sampai madrasah aliyah plus setahun kuliah di LIPIA Jakarta. Tapi karena kegigihannya mencari ilmu dari beberapa halaqah, kiai dan kelahapannya membaca kitab, banyak orang mengakui kapasitas keilmuannya tak kalah dari rekan-rekannya yang bergelar doktor. Sejak tahun 1985 ia sudah sering berkunjung ke luar negeri dan keliling Indonesia, memenuhi undangan seminar, mudzakarah du’at, pelatihan kader, tabligh, dan sebagainya.
Selain itu ada satu hal yang tak dimiliki umumnya para dai, bahwa ia adalah rajin menulis.
Dalam sebuah wawancara eklusif dengan Majalah Suara Hidayatullah tahun 2001, almarhum menjawab secara jujur kritikan masyarakat tentang adanya sinyalemen kader-kader Tarbiyah yang cenderung mulai eksklusif.

“Betul, ada kalanya kopral dengan kopral berkelahi, tetapi mayor dan kolonel yang jadi atasannya biasa-biasa saja. Para jenderalnya pun saling ngobrol saja.
Kalau ada yang demikian yang saya lihat, saya mengingatkan kader-kader kita agar tidak boleh begitu. Karena sesungguhnya mereka bisa menjadi orang yang sangat dihargai masyarakat jika menggunakan cara-cara yang lebih santun,” begitu kutipnya.
“Makanya mereka disuruh mengaji ke mana-mana untuk menambah wawasan. Sehingga kalau ada kajian umum mereka datang ramai-ramai untuk memperkaya dari apa yang telah mereka dapatkan dalam kelompok-kelompok kecil itu,” tambahnya.
Itulah rekaman kisah seorang ustad rendah hati nan sederhana meski dipundaknya pernah banyak jabatan dan amanah.

Ada baiknya, masyarakat terutama para santrinya melihat ulang kesederhanaan dan kesahajaan sang guru (murabbi) itu. Menurut situs blog sangmurabbi, Film ini diperkirakan akan dilaunching bulan Juni 2008.

Potongan film ini bisa dilihat di: http://www.youtube.com/watch?v=nrsIioV4bRs. [cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Minggu, 18 Mei 2008

Indah yang tersembunyi
















(Klik untuk memperbesar gambar)

Indah yang tersembunyiTaman langit menghampar semesta alam
Mengabarkan kekuasaanNya dari balik tabir surya
Mengajak hati untuk bersujud
Akan lembutnya hasil ciptaanNya
Hingga agar ada uca syukur

Ternyata...
Betapa indah taman itu
Bak edensor dalam karya anak Belitung
Keindahan yang tersembunyi

Mungkin karena setiap hari kita saksikan
Sehingga keindahan itu menjadi biasa
Sangat biasa...

(Kadang kita jarang bersyukur, hingga dia akhirnya pergi)

Ini beberapa foto yang sempat kuambil sekitar 2003 di seputaran Asrama Mahasiswa UNHAS.





















(Diambil dari lantai dua, jembatan penghubung Blok B dan C RT 1ABCD) Tampak sumur 'keramat' tempat aktivitas pagi dan sore. Dan menjadi ramai di hari mencuci sedunia, hari Ahad apalagi kalau air dari kran hidran tidak mengalir. Jadilan seperti ibu-ibu yang ramai mencuci.

















(Saat surya datang tiap pagi dari arah timur Ramsis. Diambil di depan Blok C RT 1 ABCD, dekat kamarku)

















(Gambar diambil dari lantai 3 Blok A, RT 1 ABCD. Tampak lapangan bola yang diapit dengan Asrama tetangga, Unit 1 EFGH.)























(Gambar diambil pagi hari dari tepi danau UNHAS. Tampak dari jauh atap Masjid Kampus UNHAS dalam rimbun hijau pohon dan sejuknya air danau.)






















(Gambar diambil pagi hari usai riyadhoh di sekitar 'coleseum' gedung IPTEKS, dekat danah UNHAS)
















Inilah Asrama Mahasiswa itu. Bagaimana kabarnya sekarang?

Inna fi khalqis sama_wa_ti wal ardi wakhtila_fil laili wan naha_ri la'a_ya_til li'ulil alba_b(i). Allazina yazkuru_nalla_ha qiya_maw wa qu'u_daw wa 'ala_ junu_bihim
Translation: “Verily! In the creation of Heavens and the Earth, and in the alternation of day and night, there are indeed signs for men of understanding who remember Allah (always) standing, sitting and lying down on their sides.”
(Sura.Al.Imran V.190, 191)

Ada kalanya rindu itu datang....

Minggu, 11 Mei 2008

Tiga jenis cinta













Menjelang magrib seperti biasa aku beranjak pulang dengan kendaraan kantor yang sejuk oleh hembusan AC. Dari balik jendela tampak temaram senja memerah yang hendak kembali ke peraduan malam. Mengiring perjalanan pulang kali ini aku mendengar "Spiritual massage on return" sebuah radio bergenre musik, dari earphone-ku. Pesan kali ini berjudul tentang 'Cinta'. Awalnya aku pikir akan berkisah tentang cinta ala lagu yang sering diputar di jam-jam normal.

Ada kalimat yang membekas dari suara yang serak dan lembut itu:

Begini intinya...

Ada tiga macam cinta:
Pertama, cinta kepada Allah. Cinta ini adalah cinta tertinggi yang menggambarkan kemurnian aqidah dan tauhid seseorang. Kepercayaan bahwa sebagai manusia kita menyadari posisi kita sebagai hamba Tuhan. Dengan cinta inilah idealnya kita menjadikan tujuan kita dalam perjalanan hidup kita untuk menggapai ridho Allah. Beribadah dan berserah diri padanya.

Kedua, cinta karena Allah. Mencintai sesuatu karena Allah. Ketika kita mencintai seseorang maka landasan utamanya adalah karena orang yang kita cintai memiliki karakter, sifat dan pola fikir yang berada dalam frame yang juga dicintai oleh Allah. Kita cinta dia karena kecintaannya yang dalam kepada Allah. Karena dia berjalan di sebuah arah menuju cahaya Allah. Disinilah kadang kita melupakan syarat cinta yang suci.

Ketiga, cinta bersama Allah. Ini cinta yang terlarang, karena menjadikan Allah sebagai kecintaan kita bersama dengan yang lain. Allah kita jadikan partner yang lain, mensejajarkan dengan Allah atau bahkan mendahulukan keinginan yang lain dibanding Allah. Inilah syirik.

Demikin intinya.

Mataku tetap memandang keluar jendela mobil yang terus melaju. Tertegun aku dengan tiga cinta itu. Terlebih saat menutup dengan kata, "cinta jenis apakah yang telah kita pergunakan selama ini?" Sungguh menyentuh.

Sebuah lagu mengiringi, lalu berganti dengan suara azan magrib yang berkumandang.

Rabu, 07 Mei 2008

SMS tengah malam













Menjelang tengah malam Hp-ku bergetar. Ada SMS yang masuk. Mataku sudah terpejam dan hampir terlelap di ruang tamu. Tubuhku terasa sangat lelah. Tidak biasanya ada pesan pada jam begini.

"Subhanallah ya akh, ana dulu berpikir kalo sudah kerja seperti sekarang ini gak bakalan punya peran banyak lagi di aktivitas dakwah. Tapi justru disini kita semakin teruji untuk masuk ke dunia dakwah yang lebih nyata. Semoga kita semua bisa saling menguatkan dalam CINTA dan DAKWAH akh. Ana uhibbukum fillah."

Aku tersenyum sejenak dan ingin menitikkan air mata.

Hari ini kami tidak masuk lembur hari Ahad. Biasanya yang mau mempertebal finansial tetap masuk di hari libur seperti hari ini. Beberapa hari yang lalu ada taklimat DPD via MR untuk mengikuti kegiatan perdana 'TEKAD' yang difokuskan di sebuah DPC. Kegiatan ini berlangsung dari pagi hingga sebelum dhuhur dengan beragam kegiatan. Ada senam 'aerobic' Nusantara, bakti sosial, pengobatan gratis, bazar, dll. Ramai pula ikhwah se-Batam hadir.

Di tempat yang lain dua saudaraku melintasi laut menuju sebuah pulau berjumpa dengan beberapa orang binaannya. Ya naik perahu ke sebeuh pulau, lokasi yang diamanahkan kepada mereka. Beberapa DPC memang berada di pulau-pulau terpisah dari daratan Batam.

Malam harinya di sela lelah yang tak ditampakkan, beberapa orang simpatisan mengundang bertemu dengan kita dengan harapan yang sangat kepada kita untuk makin memantapkan langkah di jalan ini. Tampak sekali keinginan mereka turut serta dalam barisan. Rasanya malu juga dengan simpatinya yang luar biasa. Hingga kita khawatir tak sanggup menghadirkan apa yang mereka bayangkan. Perbincangan baru berakhir saat malam telah jauh merambat.

Mungkin dakwah inilah yang memaksa kita untuk dewasa. Kubalas SMS itu. "Tetaplah kita saling menguatkan akhi." (Tribute to "Pendekar seribu pulau", Ikram dan Tawa).

Selasa, 22 April 2008

Siang mencari, malam istirahat












 

Kubuka sejenak dan kubaca di sudut ruangan dari sebuah buku tebal di sela rehat. Terbaca tulisan ini...

QS : 30. Ar Ruum
23. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.

QS : 10. Yunus
67. Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari karunia Allah). Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar.

Betul.

Minggu, 20 April 2008

Baraqallah untuk teman












 

Taman itu tlah berbunga
Mekar dalam ceria
Dan matahari tak lagi sendiri

Kabar gembira datang dari bergabagi penjuru. Beberapa teman akhirnya mengakhiri dan segera mengakhiri kesendirian mereka dalam rindu. Satu kata indah untuk antum/ antunna. "Baraqallahu laka wabaraka alaika wajama'a bainakuma fi khairi".

Selamat buat teman-teman yang melangsungkan pernikahan dan akan segera menempuh hidup baru. Semoga keberkahan menyertai dalam perjalanan dan perjuangan bianaul usrah al-muslim.

Muhammad Nur ST & Nurmita SSi (Samarinda)
Agus Purwanto SH & dr. Yusmalina Sari (Batam)
Rusdi ST & Ita Handayani S.Kep.Ners (Sulsel)

Minggu, 06 April 2008

Cinta bertasbih
















Ini buku jilid kedua Ketika Cinta Bertasbih (KCB) karya Kang Abik setelah sukses di jilid pertamanya. Sebelumnya juga tentunya dengan novel Ayat-ayat Cinta yang disusul dalam versi layar lebarnya yang sukses ditonton 3 juta orang. Sebenarnya novelini sudah lama terbitnya namun baru sempat membaca lagi karya Kang Abik ini, selain untuk menemani libur di hari Minggu yang begitu terasa indah dan sejuk ini usai sepekan bergelut dengan suasana galangan yang tidak hijau.

Jilid kedua ini merupakan kelanjutan jilid pertama kisah sang tokoh utama, Khairul Azzam. Dikisahkan Azzam telah kembali ke Indonesia setelah selama 9 tahun kuliah sambil kerja di Mesir.

Dari segi keistimewaan, saya mengakui kang Abik berhasil, antara lain:
1. Bahasanya ringan.
2. Alur cerita dan maksud penulis sangat mudah dicerna oleh siapa saja, bahkan semua level pendidikan.
3. Mengangkat nuansa religi yang jauh dari kesan keras atau kaku.
4. Mengangkat sisi sosial masayarakt yang hendak dikritik oleh penulis dalam bentuk cerita. Tentang nilai cinta sesungguhnya, bagaimana pergaulan pria/wanita dalam menuju jenjang pernikahan, takhayul dan adat. Dan saya kira itu cukup berhasil.

Ada beberapa telaahan juga buat KCB, antara lain:
1. Karakter beberapa tokoh terkesan ingin ditampilkan baik semua. Terasa datar, seolah berusaha mengindentikkan tokoh itu baik dan sempurna. Terkesan kurang alami. Misalnya saat tokoh paman Zuhrah tiba-tiba berubah sikapnya kepada Zuhrah dalam waktu sekejap ketika mengetahui latarbelakang perilaku keponakannya.
2. Di beberapa bagian terdapat dialog yang terkesan sebuah teks panjang yang dipindahkan, seperti ketika Husna menjelaskan tentang takhayul anak pertama dan ketiga.
3. Beberapa bagian ceritanya seolah tergambar terburu-buru dan digampangkan. Saat Azzam mulai membuka usaha bakso cinta dan tiga bulan berikutnya sudah bisa beli mobil. Saya tidak melihat nilai perjuangan 'berdarah-darahnya'.

Satu ketegangan yang begitu mengesankan saya yaitu ketika Furqan mengutarakan sebuah keterusteranagan kepada Anna, sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi Anna dan Anna tidak bisa menerima itu. Furqan juga memperlihatkan jiwa manusiawinya. Saya kira konflik seperti ini yang jarang dalam KCB. Kehadiran konflik pada bagian ini saya kira menjadi panawarnya.

Btw, novel ini berhasil menanamkan kepada pembaca bahwa tokoh-tokoh dalam KCB patut dicontoh dalam sisi kecintaan mereka pada ilmu agama dan menjaga moral. Patut dibaca untuk menjadi inspirasi, utamanya teman-temanku yang hendak nikah :)

Ada apresiasi KCB 2 yang lain?

Selasa, 01 April 2008

Kuatkan jiwa












 

Intanshurullaha yan shurkum wa yutsabbit aqdamakum.

Ada dorongan kuat untuk mengeja di hati kalimat itu berkali-kali.
Ingin mengalahkan kelemahan jiwa dan kerdilnya tenaga.
Kuatnya jiwa karena ujian. Akankah kita akan lulus dari pintu itu?
Semoga.

Rabu, 26 Maret 2008

Terik kehidupan










Rasa perih menimpa kulit ketika panas terik membakar. Panas dari segala sisi, kiri-kanan-atas-bawah. Ingin rasanya segera berteduh menyejukkan pori-pori kulit yang makin gelap. Hampir patah arang jika tak ada awan putih yang menaungi. Kata temanku, life is stragle men, hidup adalah perjuangan, .

Terdengar sayup lagu garang 'We are the champions' dari speaker bus saat pulang. Kampus Merah terbayang sepintas. Ah...

Jumat, 21 Maret 2008

Negeri pantun


Taman bunga ditanah lapang

Hinggap belalang di tempat rendah
Baru guna jika hati tenang
Tetap berjuang walau pelepah

Buah nangka buah kedondong
Tepuk tangan dong.

Wuih... susah juga buat pantun ya.
Baru aku sadari dengan nyata bahwa aku berada di negeri Melayu. Ciri khas yang kemarin aku menyaksikan kebiasaan membuka pidato dengan berpantun.

Kemarin, aku mendengar pantun lagi, di sebuah forum resmi. Pulau Buluh, pulau yang konon menjadi cikal menyebarnya masyarakat melayu ke Batam yang kini telah menjadi ramai. Untuk sampai ke pulau ini harus menyeberang dengan sampan sekitar 20 menit.

Selasa, 18 Maret 2008

Pesan singkat sahabat









Air matanya menitik. Aku tak tahu sebabnya.

Ketika itu...
Beberapa hari belakangan ada suara-suara miring yang terdengar dari candaan teman-teman tentang aktivitas siyasi mereka. Ada yang berpandangan sepak terjang mereka terlalu agresif dan menghawatirkan kedekatan yang berlebihan dengan seorang tokoh. Mungkin yang lain mempermasalahkan, namun dia tetap yakin akan keikhlasan aktivitas itu. Yang lain mungkin menanggap terlalu jauh, namun dia tetap berusaha ikhlas.

Hari itu tiba-tiba dia terdiam dan ada titik air mata mengalir. Kami terdiam dan semua tak kuasa untuk tidak larut dalam haru itu.

Sahabat, kutahu betapa engkau cinta jalan perjuangan itu. Dan kutahu engkau saat ini masih menapak jalan itu. Dan hari ini aku betul-betul yakin.

(1 message received)
Berlari menuju Allah dengan bekal takwa dan amal ukhrawi serta sabar berjihad karena Allah...Semua bekal terancam musnah kecuali takwa, kebajikan dan petujuk..Tetap semangat akhi!
(Andu)

Semoga kita bisa jumpa lagi, menguatkan persaudaraan kita lagi.
Uhibbukum fillah ya akhi
Abdul Rahim Farisi fii Kendari...

Sabtu, 15 Maret 2008

Yang tak sempat terucap












Terngiang syair sebuah nasyid.....


Untukmu Teman

Brothers

Di sini kita pernah bertemu
Mencari warna seindah pelangi

Ketika kau menghulurkan tanganmu

Membawaku ke daerah yang baru

Dan hidupku kini ceria
Kini dengarkanlah
Dendangan lagu tanda ingatanku

Kepadamu teman

Agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu

Kenangan bersamamu

Takkanku lupa

Walau badai datang melanda

Walau bercerai jasad dan nyawa
Mengapa kita ditemukan
Dan akhirnya kita dipisahkan

Mungkinkah menguji kesetiaan

Kejujuran dan kemanisan iman

Tuhan berikan daku kekuatan


Mungkin amat terlambat, namun tak apalah.
Kemarin tak sempat mengucap terima kasih dengan lengkap kepada semua teman-teman 'luar biasa' yang mewarnai hari dalam nuansa anak muda yang berusaha menghidupkan ghirohnya. Sekali lagi, terima kasih kawan, guru/mr/asatiz, saya belajar dari semangat antum/antunna semua.

Selasa, 11 Maret 2008

Terkenang lagi












Entah kenapa tiba-tiba dua hari ini beberapa momen mempertemukanku untuk mengingat orang tuaku. Kemarin bertemu daun ubi dan mengingatkan Ibu. Hari sebuah momen tidak bisa tidak membawaku untuk mengingat Ayah.

Ketika berkunjung ke rumah tema, aku tertarik dengan sebuah buku yang berjudul 'Cinta di rumah Hasan al-Banna'. Saya minta izin untuk meminjamnya. Selama perjalanan pergi dan pulang di atas bis kantor, saya membaca dengan sangat hikmat hingga tak terasa hampir habis.

Buku ini berkisah tentang bagaiman seorang tokoh pergerakan dunia Islam, Hasan al-Banna mendidik putra-putrinya. Tak bisa saya bayangkan, dia yang tentu begitu banyak beraktivitas dalam aktivitas pergerakan berskala dunia masih memiliki waktu yang indah untuk anak-anak dan keluarganya. Dia berhasil mendidik umat dan suksek mendidik keluarganya dalam waktu yang hampir bersamaan.

Selama menikmati karya M. Lili Nur Aulia ini, ada sebersit suka cita. Rasanya kepingan-kepingan nuansa cinta itu pernah hadir dalam rumahku, walau tak sama persis. Namun saya begitu bersyukur menjadi anak dari seorang bapak dan kurasakan betapa aku telah dididiknya dan terasa hingga hari ini.

"Ayah, andai kelak aku bisa menjadi sosok ayah seperti Hasan al-Banna. Atau minimal nuansa apa yang kau didikkan kepada kami dulu, ayah, bisa kuhadirkan pula kelak. Kelak dirumah cinta."

Daun ubi dan Ibu










Sepulang dari kerja dan mampir shalat magrib, saya mampir makan di rumah makan padang yang banyak bertebaran di kota ini. Setelah makanan tersaji di atas meja mata saya tertuju ke sayur berwarna hijau yang sudah berubah warna karena pasti terebus air panas. Daun ubi.

Sejenak aku terdiam dan langsung mengingat Ibu. Sayur daun ubi/ singkong itu mengingatkanku padanya. Sejak kecil bahkan setelah berpisah karena kuliah di kota, sayur itu kerap dibuatkan dengan sengaja olehnya karena tahu aku kerap mencari masakan itu.

Wajah ibu hadir di depanku. Seolah ia berjalan membawakan segelas air ke arahku. Ingatan akan ibu yang jauh di seberang pulau Celebes makin kuat. Mengingat guratan wajahnya dan tangannya yang tak pernah berkata lelah. Itulah mungkin yang meyakinkan kami anak-anaknya betapa dia menyayangi kami.

"Daun ubi itu mengingatkanku padamu, Ibu. Tapi rasanya tak seenak masakan ibu." Tiba-tiba mataku berkaca-kaca.

Minggu, 24 Februari 2008

OT...













OT (baca oti) adalah singkatan dari over time.
Kata yang memikat untuk menebalkan finansial.
Apa lagi di hari minggu.
Allowance dikali berlipat.

Tapi kadang aku merasa begitu materialistis hanya untuk sebuah 'oti'
dan menghabiskan hari di lingkungan yang sama,
masuk kerja hari ini, hari Ahad.

(Ada sms dari kawan, jadi kapan waktu untuk dakwah?)
Malulah engkau...

Virus...














Tulisan dua bulan lalu (29 Desember 2007)

Keinginan yang tak terkontrol ada kalanya disebabkan oleh kurangnya kekuatan untuk membendung hasrat untuk melakukan sebuah tindakan. Namun keinginan akan menjadi emosi ketika tidak terpuaskan. Pada akhirnya akan menjadi bayang-bayang yang selalu ingin dipenuhi. Tiba-tiba teori ini meluncur dari fikiranku, entah dari mana dasarnya. Ini kusebut virus keinginan.

Sebulan terakhir ini 'virus keinginan' kurasakan menyerang ulu hatiku. Keinginan yang tak terkendali dan ditunjang dengan daya dukung yang lagi memadai. Saya diserang virus yang membutku kemaruk beli buku. Ingin membeli buku sebanyak-banyaknya. Seolah ingin memindahkan isi toko buku ke kamarku. Virus yang kemudian merusak sendi-sendi pertahanan finansialku dan merusak kontrol pengeluaranku yang terbilang cukup parah dibanding sebelum-sebelumya.

Beberapa kali aku keluar masuk toko buku di kota Makassar ini. Buku-buku itu memaksa tanganku untuk meraihnya. Dan hampir setiap masuk ke sebuah toko buku selalu saja virus kemaruk itu datang dan berakhir di meja kasir. Setelah kuhitung-hitung ternyata banyak juga, ada sekitar 600-an untuk beli buku. Kaget aku.

Setelah itu kini saatnya mengurung diri. (Dont disturb!)

(Klo membaca catatan ini untuk saat ini, jadi kangen lagi memiliki waktu yang nikmat untuk menghabiskan hari dengan setumpuk buku. Bulan ini hanya sempat beli Tarbawi, namun kali ini majalah ini betul-betul serasa air yang begitu sejuk.)

Minggu, 17 Februari 2008

Tunas...

Bagai ikan mendapat kolamnya
Kubertemu lagi wajah-wajah itu
Yang dulu pernah kugeluti
Wajah-wajah itu hadir lagi
Wajah penuh gairah dan harapan

Akan menjelma jadi tunas pejuang
Menyemaikan tanah keimanan
Dalam derap para (calon) mujahid muda

(Usai rihlah dengan anak' (baru) KAMMI Batam)
Kami, sekitar dua puluhan ikhwan/akhwat berangkat dari kampus Poltek (salah satu kampus besar di Batam) menuju sebuah tempat. Yang kami tuju ternyata sebuah pantai bernama Tanjung Pinggir, di daerah Sekupang, ujung Selatan pulau batam. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan Busway (ada Busway juga rupanya disini) tibalah kami.

Suasana sejuk dengan angin berhembus syahdu dari laut ditambah pasir putih yang indah. Dan dari kejauhan nampak warna kelabu gedung-gedung pencakar langit negeri tetangga, Singapura. Kami menyusuri pasirnya yang putih lembut, hingga bermain bola, mandi di laut setelah dipaksa. Judul hari ini sebenarnya adalah 'lepaskan lelahmu' (minimal buat saya setelah puyeng bertemu sepanjang hari dengan bangunan kapal).

Acara yang dinanti adalah makan siang tentunya. Usai dhuhur dilanjutkan briefing/ sharing dengan tunas-tunas KAMMI Batam ini yang katanya tergolong masih baru. DM 1 pertama mereka baru sekitar 3 bulan yang lalu. Kami menjadi 'penasehat dadakan' di forum ini.
Thank to Akh Agus, Ikram & Tawa yang mengajak melihat sisi indah lain kota Batam.

Minggu, 10 Februari 2008

Menolehlah ...









Di bawah bayang bangunan double bottom dan cuaca yang terik terdengar merdu di earphone-ku sebuah suara:

Seseorang memanggil temannya yang sedang berada di bawah. Karena suara bising mesin dan peralatan kerja, panggilan itu tidak didengar. Untuk menarik perhatiannya, dia melemparkan uang koin di depannya. Temannya tersebut mengambil uang tersebut namun tidak menoleh ke atas, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Teman yang di atas mengualang lagi menjatuhkan uang koin. Dia mengambilnya lagi dan melanjutkan lagi pekerjaannya, tetap tidak menoleh ke atas. Karena kesal, teman yang diatas mengambil sebuah batu kecil dan menjatuhkan tepat di atas kepala temannya itu dan barulah menoleh ke arah jatuhnya batu tersebut.

Tuhan kerap memberikan kita 'code' kepada kita agar menoleh panggilannya. Kode tersebut kadang berbentuk uang koin atau batu kecil. Bisa jadi berbentuk kebahagiaan atau sebaliknya, berbentuk kepedihan.


Teman yang dibawah tadi ketika dijatuhkan uang koin dia tidak menoleh ke atas bahkan seolah acuh dari mana jatuhnya uang tersebut. Barulah dia menoleh keatas saat yang jatuh dan bahkan mengenai kepalanya sebuah batu.


Jangan sampai kita baru meminta kepadanya saat kita ditimpa kesulitan.

(Sebuah renungan dari Salam FM 107.2 Batam, radio dakwah dan informasi)

Minggu, 03 Februari 2008

Lentera














Aku melangkahkan kaki menuju Taman Niaga Batam. Jarak tempat ini lumayan jauh, katanya sekitar 17 km dari tempat tinggalku, dengan angkot sekitar setengah jam. Aku merasa dari Makassar-Maros kalau di Sulsel. Malam itu (kemarin) ada tatsqif rutin yang dilaksanakan oleh DPD Batam. Di salah satu penggalan materi sang ustad menyelipkan sebuah hikmah yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Catatan ini hasil daur ulang dari penyimakan saya malam itu. Malam aku diterangi lentera yang indah.

Dikisahkan ada seorang pemuda berjalan di sekitar rumah penduduk di sebuah negeri. Secara tidak sengaja dia melihat seorang wanita yang sedang mandi dan dia melihat tubuh wanita tersebut. Belum sempat dia berfikir untuk menikmati, spontan dia dilanda ketakutan.

Ketakutan karena apa?

Setelah itu dia kabur meninggalkan daerah tersebut, menghilang dan menyendiri di sebuah tempat. Konon dia mengasingkan diri di sana selama lebih dari sebulan hingga akhirnya seseorang yang terkemuka di negeri tersebut menyadari kehilangannya dari tengah-tengah masyarakat dan meminta untuk mencarinya.

Orang terkemuka tersebut menyuruh untuk mengetahui keberadaannya dan mengharapkan untuk bertemu dengan pemuda tersebut.

Sang pemuda tinggal di sebuah bukit yang berada sangat jauh dari negeri yang ia tinggalkan. Ketika dicari dengan menyebutkan ciri-ciri pemuda tersebut, seorang penduduk mengethui tempat tinggal pemuda tersebut.

Saat akhirnya pemuda tersebut ditemukan dan dikabarkan dia dicari oleh seorang terkemuka di negerinya, dia menjadi begitu ketakutan. Dia dibawa bertemu dan ketika dia bertemu ketakutannya memuncak dan akhirnya jatuh pingsan. Setelah siuman dia jatuh sakit lagi selama beberapa hari.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan pemuda tersebut. Siapakah dia dan siapa orang terkemuka yang mencarinya itu?

Ini cerita lengkapnya yang saya dapat dari kecanggihan 'om Google'.

Seorang pemuda dari kaum Ansar yang bernama Tsa'labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah s.a.w. Suatu ketika Rasulullah s.a.w. mengutusnya untuk suatu keperluan. Dalam perjalanannya dia melalui rumah salah seorang dari Ansar, maka terlihat dirinya seorang wanita Ansar yang sedang mandi. Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah s.a.w. menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur. Dia menuju ke sebuah gunung yang berada diantara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya.

Selama empat puluh hari Rasulullah s.a.w. kehilangan dia. Lalu Jibril a.s. turun kepada Nabi s.a.w. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, "Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.""Maka Nabi s.a.w. berkata, "Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa'laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari." Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah.


Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah. Umar bertanya kepadanya, "Apakah engkau tahu seorang pemuda di antra perbukitan ini?" Penggembala itu menjawab, "Jangan-jangan yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?" "Bagaimana engkau tahu bahawa dia lari dari neraka Jahanam?" tanya Umar. Dzaufafah menjawab, "Kerana, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan!" "Ya, dialah yang kami maksud," tegas Umar.


Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!" Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya. Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?" "Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu." Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan sholat"Ketika mereka menemukan Rasulullah s.a.w. tengah melakukan sholat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa'laba mendengar bacaan Nabi saw, dia tersungkur pingsan. Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, "Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa'labah?" Keduanya menjawab, "Ini dia, wahai Rasulullah saw!"


Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa'labah yang membuatnya tersedar. Rasulullah s.a.w. berkata kepadanya, "Mengapa engkau menghilang dariku?" Tsa'labah menjawab, "Dosaku, ya Rasulullah!" Beliau mengatakan, "Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?" "Benar, wahai Rasulullah." Rasulullah s.a.w. bersabda, "Katakan・Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka." (QS Al-Baqarah:201)Tsa'labah berkata, "Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar." Beliau bersabda,"Akan tetapi kalamullah lebih besar." Kemudian Rasulullah menyusul agar pulang kerumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama lapan hari. Mendengar Tsa'labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah s.a.w. lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa'labah? Dia sekarang sedang sakit keras."

Maka Rasulullah s.a.w. datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa'labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa'labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau."Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?" tanya Rasulullah s.a.w. "Kerana penuh dengan dosa." Jawabnya Beliau bertanya lagi, "Bagaimana yang engkau rasakan?" "Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku." Jawab Tsa'labah. Beliau bertanya, "Apa yang kau inginkan?" "Ampunan Tuhanku." Jawabnya.Maka turunlah Jibril as. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, "Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula."


Maka segera Rasulullah s.a.w. memberitahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa'labah dan langsung ia meninggal.Lalu Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar Tsa'labah segera dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai disholatkan, Rasulullah s.a.w. berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat." Beliau bersabda, "Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Kerana, banyaknya malaikat yang turut menziarahi Tsa'labah."

(copy dari heekmah.blogspot.com)

Aku malu kepada Tsa'labah
Aku malu pada-Nya
Atas besarnya imannya kepada Allah
Atas sikap khaufnya kepada Allah
marhaban

(Usai tatsqif di DPD Batam malam itu)

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...