Selasa, 11 Maret 2008

Daun ubi dan Ibu










Sepulang dari kerja dan mampir shalat magrib, saya mampir makan di rumah makan padang yang banyak bertebaran di kota ini. Setelah makanan tersaji di atas meja mata saya tertuju ke sayur berwarna hijau yang sudah berubah warna karena pasti terebus air panas. Daun ubi.

Sejenak aku terdiam dan langsung mengingat Ibu. Sayur daun ubi/ singkong itu mengingatkanku padanya. Sejak kecil bahkan setelah berpisah karena kuliah di kota, sayur itu kerap dibuatkan dengan sengaja olehnya karena tahu aku kerap mencari masakan itu.

Wajah ibu hadir di depanku. Seolah ia berjalan membawakan segelas air ke arahku. Ingatan akan ibu yang jauh di seberang pulau Celebes makin kuat. Mengingat guratan wajahnya dan tangannya yang tak pernah berkata lelah. Itulah mungkin yang meyakinkan kami anak-anaknya betapa dia menyayangi kami.

"Daun ubi itu mengingatkanku padamu, Ibu. Tapi rasanya tak seenak masakan ibu." Tiba-tiba mataku berkaca-kaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...