Minggu, 11 Mei 2008

Tiga jenis cinta













Menjelang magrib seperti biasa aku beranjak pulang dengan kendaraan kantor yang sejuk oleh hembusan AC. Dari balik jendela tampak temaram senja memerah yang hendak kembali ke peraduan malam. Mengiring perjalanan pulang kali ini aku mendengar "Spiritual massage on return" sebuah radio bergenre musik, dari earphone-ku. Pesan kali ini berjudul tentang 'Cinta'. Awalnya aku pikir akan berkisah tentang cinta ala lagu yang sering diputar di jam-jam normal.

Ada kalimat yang membekas dari suara yang serak dan lembut itu:

Begini intinya...

Ada tiga macam cinta:
Pertama, cinta kepada Allah. Cinta ini adalah cinta tertinggi yang menggambarkan kemurnian aqidah dan tauhid seseorang. Kepercayaan bahwa sebagai manusia kita menyadari posisi kita sebagai hamba Tuhan. Dengan cinta inilah idealnya kita menjadikan tujuan kita dalam perjalanan hidup kita untuk menggapai ridho Allah. Beribadah dan berserah diri padanya.

Kedua, cinta karena Allah. Mencintai sesuatu karena Allah. Ketika kita mencintai seseorang maka landasan utamanya adalah karena orang yang kita cintai memiliki karakter, sifat dan pola fikir yang berada dalam frame yang juga dicintai oleh Allah. Kita cinta dia karena kecintaannya yang dalam kepada Allah. Karena dia berjalan di sebuah arah menuju cahaya Allah. Disinilah kadang kita melupakan syarat cinta yang suci.

Ketiga, cinta bersama Allah. Ini cinta yang terlarang, karena menjadikan Allah sebagai kecintaan kita bersama dengan yang lain. Allah kita jadikan partner yang lain, mensejajarkan dengan Allah atau bahkan mendahulukan keinginan yang lain dibanding Allah. Inilah syirik.

Demikin intinya.

Mataku tetap memandang keluar jendela mobil yang terus melaju. Tertegun aku dengan tiga cinta itu. Terlebih saat menutup dengan kata, "cinta jenis apakah yang telah kita pergunakan selama ini?" Sungguh menyentuh.

Sebuah lagu mengiringi, lalu berganti dengan suara azan magrib yang berkumandang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...