Minggu, 06 April 2008

Cinta bertasbih
















Ini buku jilid kedua Ketika Cinta Bertasbih (KCB) karya Kang Abik setelah sukses di jilid pertamanya. Sebelumnya juga tentunya dengan novel Ayat-ayat Cinta yang disusul dalam versi layar lebarnya yang sukses ditonton 3 juta orang. Sebenarnya novelini sudah lama terbitnya namun baru sempat membaca lagi karya Kang Abik ini, selain untuk menemani libur di hari Minggu yang begitu terasa indah dan sejuk ini usai sepekan bergelut dengan suasana galangan yang tidak hijau.

Jilid kedua ini merupakan kelanjutan jilid pertama kisah sang tokoh utama, Khairul Azzam. Dikisahkan Azzam telah kembali ke Indonesia setelah selama 9 tahun kuliah sambil kerja di Mesir.

Dari segi keistimewaan, saya mengakui kang Abik berhasil, antara lain:
1. Bahasanya ringan.
2. Alur cerita dan maksud penulis sangat mudah dicerna oleh siapa saja, bahkan semua level pendidikan.
3. Mengangkat nuansa religi yang jauh dari kesan keras atau kaku.
4. Mengangkat sisi sosial masayarakt yang hendak dikritik oleh penulis dalam bentuk cerita. Tentang nilai cinta sesungguhnya, bagaimana pergaulan pria/wanita dalam menuju jenjang pernikahan, takhayul dan adat. Dan saya kira itu cukup berhasil.

Ada beberapa telaahan juga buat KCB, antara lain:
1. Karakter beberapa tokoh terkesan ingin ditampilkan baik semua. Terasa datar, seolah berusaha mengindentikkan tokoh itu baik dan sempurna. Terkesan kurang alami. Misalnya saat tokoh paman Zuhrah tiba-tiba berubah sikapnya kepada Zuhrah dalam waktu sekejap ketika mengetahui latarbelakang perilaku keponakannya.
2. Di beberapa bagian terdapat dialog yang terkesan sebuah teks panjang yang dipindahkan, seperti ketika Husna menjelaskan tentang takhayul anak pertama dan ketiga.
3. Beberapa bagian ceritanya seolah tergambar terburu-buru dan digampangkan. Saat Azzam mulai membuka usaha bakso cinta dan tiga bulan berikutnya sudah bisa beli mobil. Saya tidak melihat nilai perjuangan 'berdarah-darahnya'.

Satu ketegangan yang begitu mengesankan saya yaitu ketika Furqan mengutarakan sebuah keterusteranagan kepada Anna, sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi Anna dan Anna tidak bisa menerima itu. Furqan juga memperlihatkan jiwa manusiawinya. Saya kira konflik seperti ini yang jarang dalam KCB. Kehadiran konflik pada bagian ini saya kira menjadi panawarnya.

Btw, novel ini berhasil menanamkan kepada pembaca bahwa tokoh-tokoh dalam KCB patut dicontoh dalam sisi kecintaan mereka pada ilmu agama dan menjaga moral. Patut dibaca untuk menjadi inspirasi, utamanya teman-temanku yang hendak nikah :)

Ada apresiasi KCB 2 yang lain?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...