Jumat, 23 Mei 2008

Jilbab Suci













Gadis kecil itu berjalan dengan santai di depan kami. Dia memakai baju dan celana agak tebal berwarna biru tua. Jilbab kecil putih menutupi kepala hingga dadanya. Kami (bersama Ikram, Pak John sekeluarga, Pak Tata dan anak gadis kecilnya) barusan pulang dari acara Milad PKS (20/05/08) di Lapangan Engku Putri, Batam Center.

Nama gadis kecil itu, Suci. Usianya baru 9 tahun dan masih duduk di kelas 2 SD Darul Gufron, Batam. Tubuhnya kurus tapi lincah. Di sekolah semua siswi diharuskan memakai jilbab, namun biasanya dilepas jika di rumah. Awalnya saya tidak menyadari salah satu kebiasaan istimewa anak itu hingga Ayahnya menceritakan kepada saya. Jika keluar rumah Suci selalu memakai jilbabnya. Bahkan jika buru-buru hendak keluar bermain diluar rumah dengan teman-temannya tak pernah lupa memakainya jilbabnya. Padahal ayahnya tak pernah memaksa untuk memakai jilbab.

Hari itu Ayahnya bercerita lagi sebuah kejadian tentang Suci yang membuat hatiku merinding. Suatu hari Suci marah kepada kawan mainnya lalu serta merta menempeleng kawannya itu. Ayahnya yang berada tidak jauh dari mereka, bertanya. ”Suci, kenapa kawannya ditempeleng?” Dengan bahasa pembelaan diri, Suci berujar, ”Dia menarik jilbab saya, kelihatan rambut saya, kan ini aurat Ayah.”. Masya Allah. Anak usia 9 tahun itu telah mengerti arti aurat dan memilki ghiroh keislaman seperti itu. Padahal menurut ayahnya, dia tidak pernah mendidiknya dengan sikap ekstrim seperti itu.

Inilah salah satu yang memberikan kesyukuran luar biasa dan semangat hidup buat Ayah Suci ditengah banyak ujian* dalam keluarga mereka. Anak itulah mungkin yang menjadi qurratu a’yun (penyejuk mata) bagi Ayahnya. ”Kalau begitu tempeleng saja”, ujar Ayahnya.

”Kak, mau kemana kak?” dia bertanya sambil melihat kearahku. “Mau singgah dulu ke rumah kak Ikram”. Dengan tersenyum kukucek perlahan kepala Suci yang ditutupi jilbab putih itu. Kami berpisah setelah sampai di persimpangan siang itu dan lelah dengan acara Milad seharian. Jilbab yang menutupi aurat anak kecil itu begitu suci, sesuci jiwanya.

Tribute to Pak Tata and his daughter, Suci.

2 komentar:

  1. nice....suka bercerita???tw pengalaman pribadi???

    BalasHapus
  2. Ya..ini pengalaman pribadi. Dan si Suci, anaknya pak Tata (orang sunda atu')adalah tetangga saya.

    BalasHapus

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...