Senin, 22 Mei 2017

RAMADHAN, TAKWA DAN KEBAHAGIAAN


Tak terasa bulan ramadhan sebentar lagi tiba. Selama sebulan kita akan dilatih untuk menahan nafsu terhadap sesuatu yang sebelumnya boleh saja kita lakukan. Di hari biasa kita boleh dengan bebas makan dan minum. Setiba di bulan Ramadhan, kita tahan untuk tidak memakannya hingga magrib tiba. Bagi yang sudah biasa melakukan puasa, menjadi sesuatu yang mudah saja. Namun bagi yang belum biasa tentu akan menghadapi godaan yang besar antara melanjutkan puasa atau menghentikan ‘penderitaan’ dalam lapar dan dahaga.

Kekuatan motivasi seseorang melakukan sesuatu akan mempengaruhi kemampuannya menjalankan kegiatan tersebut. Puasa sebagai sebuah ibadah, sejatinya harus dimotivasi oleh dorongan iman. Menjalankan ibadah puasa karena puasa adalah perintah dari Allah dan mengharapkan ampunan dari Allah atas segala dosa dan kesalahan di masa lalu. Dengan motivasi yang kuat maka  godaan untuk berhenti juga akan kuat untuk dilawan.

Tujuan akhir dari puasa adalah mendapatkan derajat takwa (QS 2:183). Dengan ketakwaan diharapkan menjadi bekal selama hidup dalam mencari kebahagiaan.

Definisi kebahagian berbagai macam bentuknya. Namun secara umum semua manusia menginginkan dan mengharapkan hidup bahagia. Bahkan dengan harapan mendapatkan kebahagiaan, apakah untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain, seseorang bisa melakukan apa saja yang dengan cara yang tidak biasa.

Seorang ayah rela berpisah dari anak dan istrinya bekerja ke luar negeri selama berbulan-bulan untuk mendapatkan rezeki. Seorang anak rela berjauhan dari orang tuanya untuk kuliah dan akhirnya bekerja dengan harapan suatu saat bisa membalasa kebaikan orang tuanya. Seorang murid rela menempu perjalanan yang sangat jauh untuk mencari gurunya di masa kecil dulu hanya untuk ingin mengucapkan terima kasih atas jasa ‘kepahlawanan’nya sebagai seorang guru. Guru yang mengubah pandangannya terhadap dunia. Mungkin dengan itulah mereka merasakan kebahagiaan.

Kebahagian letaknya di hati. Kebahagiaan tidak bisa dibeli secara langsung. Kebahagiaan juga tidak bisa diberi secara cuma-cuma. Bahkan kebahagiaan tidak tertentu tempat dan waktunya. Hanya bisa dirasakan. Dan yang mampu merasakannya adalah hati. Lalu hati yang bersih dan dekat dengan Allah-lah yang akan dimudahkan untuk merasakannya. Allah menyuruh kita untuk berpuasa dan dengan itu diharapkan menjadi hamba yang bertakwa. Inilah jalan Allah menunjukkan jalan-jalan menuju kebahagiaan. Kebahagiaan yang hakiki.

Menjelang datangnya Ramadhan
Batam, 22 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...