Segala puji pada-Mu Ya Rabbi
Atas rahmat hari ini
Terlabuh sudah
Cinta suci sejati dari hati
Janji tlah terucap akad tlah tercipta
Tuk bersama jalani hari
Ya Allah Rabbi bimbinglah kami
Dalam menempuh hidup ini
Marilah dinda kita melangkah
Bersama saling membina
Doakanlahku di setiap langkahku
Doamu penyejuk kalbu
Oh dinda menjadilah bunga
Di indahnya taman cinta
Ya Allah bimbinglah kami
Di dalam perjalanan ini
Nasyid 'Syukur' by Seismic
Selasa, 01 Desember 2009
Sabtu, 14 November 2009
Undangan Walimah
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
QS. ar-Rum (30) : 22
Mohon doa dan restu, semoga Allah memudahkan setiap langkah kita dalam mendapatkan BERKAH Allah dalam setiap tahapan perjalanan hidup kita.
Sabtu, 24 Oktober 2009
Mozaik Cinta
Setiap manusia memiliki alur kehidupan yang mengagumkan. Sebab kita dilahirkan setelah melewati 'perjuangan' yang panjang. Dan bagaimanapun kita hari ini adalah hasil perjalanan panjang yang telah kita lalui.
Sungguh indah ketika hal mengagumkan itu kita kisahkan untuk kemudian menjadi pemicu bagi orang lain pula mendapatkan nikmat itu. Semoga...
Sudah lama saya membaca kisah perjuangan cinta keluarga ini yang memahat cintanya dalam nuansa Ilahiyah. Dan ingin pula rasanya mengikuti jejak meraka. Amin. Berikut share ulang dari majalah Tarbawi edisi 'Mozaik Cinta'.
Mutammimul'Ula,SH & Dra. Wirianingsih
Dengan segudang kesibukannya sebagai Ketua Umum PP Salimah, Staf Departemen Kaderisasi DPP PKS, Ketua Aliansi Selamatkan Anak (ASA), Anggota Delegasi RI di sidang UNCSW ke 51 di New york Amerika, Koordinator Panitia Hari Anak Nasional 2007 juga saat ini tengah menyusun tesis di program S2 nya dijurusan Psykologi. Bersama suaminya, Bapak Mutammimul'Ula,SH (Aleg DPR RI Fraksi PKS) mereka mampu mendidik anak-anaknya yang berjumlah 11 orang untuk cinta Al Qur'an dengan tangannya sendiri keseluruh anak nya bisa menjadi hafidz Qur'an... Subhanalloh.
Ini adalah Biodata anak-anak beliau.
11 Amanah Allah
1. Afzalurahman, 21 tahun, semester 6 Teknik Geofisika ITB, hafal quran usia 13 tahun, sekarang masuk program PPDMS, Ketua pembinaan majelis taklim salman ITB, peserta pertamina youth programme 2007 dari ITB.
2. Faris Jihady Hanifa, 20 tahun, semester 4 fakultas syariah LIPIA, hafal quran usia 10 tahun predikat mumtaz, juara 1 lomba tahfidz 30 juz yang diselenggarakan kerajaan saudi arabia, juara 1 lomba olimpiade IPS tingkat SMA 2003.
3. Maryam Qonitat, 18 tahun, semester 2 fakultas ushuluddin univ al azhar kairo, hafal quran usia 16 tahun. Lulusan terbaik husnul khotimah 2006.
4. Scientia Afifah, 17 tahun, kelas 3 SMU 28, hafal 10 juz, pelajar teladan MTs Al Hikmah 2004.
5. Ahmad Rosikh Ilmi, 15 tahun, kelas 1 MA Husnul Khotimah, hafal 6 juz, pelajar teladan SDIT Al Hikmah 2002, lulusan terbaik MTs Al Kahfi 2006.
6. Ismail Ghulam Halim, 13 tahun, kelas 2 MTs Al Kahfi, hafal 8 juz, juara olimpiade IPA tingkat SD se Jaksel 2003, 4 penghargaan dari Al Kahfi, tahfidz terbaik, santri favorit, santri teladan, dan juara umum.
7. Yusuf Zaim Hakim, 12 tahun, kelas 1 MTs Al Kahfi, hafal 5 juz, rangking 1 di kelasnya.
8. Muh Saihul Basyir, 11 tahun, kelas 5 SDIT Al Hikmah, hafal 25 juz.
9. Hadi Sabila Rosyad, 9 tahun, kelas 4 SDIT Al Hikmah, hafal 2 juz.
10. Himmaty Muyasssarah, 7 tahun hafal 1 juz
11. Hasna wafat usia 3 tahun, bulan juli 2006.
Yang dilakukan dalam keluarga
o) Mengajarkan Al Quran sejak usia 4 tahun. Doktrin yang ditanamkan dalam keluarga bahwa Al Quran adalah kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.
o) Jangan terlalu mengandalkan sekolah. 2/3 keberhasilan pendidikan itu ada di rumah.
o) Keberhasilan pendidikan anak adalah hasil integrasi kedua orang tuanya. Bukan sekedar untuk ibu sementara bapak beraktifitas di luar rumah. Malah sebenarnya lebih besar tanggung jawab seorang ayah dibanding ibu. Contoh: Rasulullah memanggil ayah dari anak yang mencuri, bukan ibunya. Contoh ayah idaman dalam Al Quran = Luqman. Ibrahim mentarbiyah anak dan istrinya.
o) Suami yang membangun visi keluarga dan istri yang mengisi kerangka visi itu. Sejarah mencatat, orang-orang shalih dibentuk oleh ayah yang mengerti akan perannya dalam mendidik anak: Imam Syafi'i ditinggal wafat ayahnya ketika berusia 6 tahun, namun isi kepala sang ayah sudah pindah ke sang ibu. Al Banna dan sentuhan pendidikan sang ayah. Qordhowi berkata, dahulu saya tidak tahu mengapa ayah mengkondisikan saya hafal al quran usia 10 tahun.
o) Keluarga ini begitu ihtimam atau perhatian yang tinggi terhadap anak dan pendidikan, diantaranya: perhatian dari A-Z, potong kuku, bersihkan telinga, dll. File-file khusus yang menyimpan catatan tentang anak, hasil ulangan dll. Kekayaan keluarga adalah anak dan buku. Setiap liburan, selalu mengajak anak ke toko buku, ada perpustakaan dengan 4000 buku di rumah.
o) Visi yang ada di kepala adalah anak-anak kami semuanya harus menjadi hafidz quran. Sehingga hal-hal yang dilakukan antara lain: 1) kelliling jawa dan madura untuk melihat pesantren tahfidz terbaik. Pilihan jatuh di kudus. Walau orang mencibir untuk apa menjadi hafidz quran dan menitipkan anak di pesantren. 2) Tujuh tahun pernikahan tanpa televisi. 3) Setiap hari diperdengarkan murottal. 4) Sang ibu mengajar sendiri dengan Qiroati.
o) Nasihat sang suami yang mencerminkan kekuatan visinya sebagai kepala keluarga, "Bu kita harus berbeda dengan orang lain dalam kebaikan. Orang lain duduk kita sudah harus berjalan, orang lain berjalan kita sudah harus berlari, orang berlari kita harus sudah tidur, orang lain tidur kita sudah harus bangun. Jangan sedikitpun berhenti berbuat baik sampai soal niat. Kita tidak boleh lalai karena kita tidak tahu kapan Allah mencabut nyawa kita.
o) 3 fase interaksi dengan anak menurut Imam Ali. 1) 7 tahun pertama = diperlakukan ua seperti raja -- masa pembentukan tumbuh kembang otak dan menyerap informasi. 2) 7 tahun kedua = perlakukan ia seperti tawanan perang dalam kedisiplinan -- masa penanaman sikap, disiplin disiplin disiplin. 3) 7 tahun ketiga dan seterusnya = perlakukan ia sebagai teman atau sahabat
o) Para pakar mengatakan 7 sd 12 adalah golden age. Usia emas. Saat itulah fase pembentukan sikap, perilaku, dan penanaman nilai yang paling penting.
o) Hafal qurannya Al Banna 10 tahun, Qordhoqi 10 tahun, Imam Syafii 19 tahun, Imam Ahmad 7 tahun.
o) Rosul menyuruh sholat di usia 7 tahun, dan bila sampai 10 tahun belum sholat maka pukullah ia.
o) Setiap menjelang tidur, ibu selalu menceritakan kisah-kisah para nabi dan rasul.
o) Jadwal dalam papan besar untuk belajar Al Quran bagi 11 anak.
o) Ba'da maghrib dan ba'da subuh adalah waktu interaksi dengan AL Quran. Ba'da subuh muraja'ah, ba'da maghrib hafalan.
o) Penghargaan yang tulus atas usaha anak "Nak ibu bangga sekali dengan kamu, meskipun sulit tapi kamu disiplin menyetorkan hafalan 2 ayat setiap hari..."
o) Anak pertama dan kedua sejak usia 5 dan 4 tahun terbiasa bangun sebelum subuh sampai-sampai di komplek perumahan DPR RI si kecil sudah bisa menghafal siapa saja anggota dewan yang jarang sholat shubuh berjamaah.
o) Tidak lupa membangun dakwah di keluarga besar. Saat kedua orang tua all out di luar rumah, keluarga besarlah yang terlibat mengawasi anak-anak.
o) Caranya, rutin berkunjung ke keluarga besar untuk menjalin hubungan baik dengan mereka.
o) Kesulitan di masa pembentukan adalah faktor keistiqomahan. Harus konsisten mengontrol.
o) Memagari anak2 dari pengaruh negatif. Ada aggreement dengan anak2 kapan saat menonton TV (jam berapa, film apa, berapa jam, hari ahad bagaimana, dll) dan ada hukuman bila dilanggar (1st pelanggaran, dilarang stel tv selama 3 hari, 2nd pelanggaran selama seminggu, 3rd tv diletakkan di atas lemari saja) aturan berlaku termasuk untuk orang tua. Terkadang diingatkan, " Nak, hafalanmu banyak, TV itu bisa memakan bagian pikiranmu..."
o) Yang disebut keberhasilan itu bukan pada tercapainya tujuan, tapi pada proses. Yaitu komitmen dan konsistensi kita menjalaninya. Sementara sukses goalnya, kepada Allahlah kembalinya segala urusan.
Source: Majalah Tarbawi.
Kamis, 27 Agustus 2009
Wajah polos di subuh itu
Episode Ramadhan (2)
Wajah-wajah mereka begitu polos dalam balutan baju koko dan mukenah putih yang lucu. Anak-anak itu hendak "menghidupkan ramadhan" dengan cara mereka, walau mereka tak menyadarinya. Raut wajah polos, seolah tak ada beban yang mereka pikirkan. Pasti belum berfikir ruwet bagaimana mencari uang, seperti orang tua mereka yang kebanyakan adalah para 'maestro' pembuat kapal.
Subuh tadi, seperti setiap subuh semenjak ramadhan ini, anak-anak warga kompleks itu begitu antusias mengambil mushaf al-qur'an dan meja panjang untuk alas mengaji. Sambil tertawa riang mereka saling berlomba duduk manis ingin segera memulai tilawah mereka. Ada si Sumantri dan kawan-kawannya yang kelas tiga smp. Ada adiknya si Siti, kelas tiga sd yang masih malu-malu ikut, dan yang lainnya yang masih sebaya. Rata-rata seusia smp dan sd. Wajah-wajah itu mengingatkan masa kecil dulu saat masih 'berguru' untuk menggapai ilmu terpenting dan sangat berarti, yaitu ilmu a ba ta tsa ja...:)
Suasana di kota santri... mungkin itu seolah gambaran suasana sesaat dalam masjid kecil 10x8 meter itu hingga tiba pukul enam pagi untuk kemudian kembali manjadi lengang.
Keceriaan mereka yang mungkin juga perah kita alami sungguh pengalaman kadang terasa biasa-biasa saja. Itulah bentuk ekspresi mereka dengan usia mereka.
Bagi kita yang mungkin bukan anak-anak lagi tentu jangan sampai kalah untuk menghidupkan ramadhan, tentu dengan ekspresi yang lebih dalam, sesuai dengan tingkat usia Anda.
Jika Sumantri dan kawan-kawannya masih belajar mengeja kalimat-kalimat dalam kitab suci itu...mungin untuk kita adalah sudah berapa juz tilawah kita hingga hari ini?
Senin, 24 Agustus 2009
Susah cari orang jujur sekarang, Bang...
Episode Ramadhan (1)
Suatu sore, seminggu menjelang ramadhan, saya pulang dari tempat kerja. Beberapa meter dari pintu keluar, motor saya tiba-tiba berhenti. Ternyata kehabisan bensin. Kebetulan tak jauh dari tempat itu kulihat ada kios yang menjual bensin eceran dalam botol minuman mineral.
Saat si penjual mengambil sebotol bensin, kubuka dompetku. Ternyata lagi tak bawa uang lebih, hanya tersisa tiga ribu. Si penjual tak mau jika hanya membeli segitu. Lalu saya minta utang dulu, maksudnya bensinnya saya pakai dulu lalu saya pulang ambil uang ke rumah untuk membayarnya karena motor saya tak bisa jalan lagi tanpa diisi bensin.
"Maaf Pak, bukannya saya tidak percaya sama Bapak, tapi sekarang ini susah percaya sama orang. Sudah banyak seperti itu. Sekarang susah cari orang jujur, Pak."
Setelah bernegosiasi, akhirnya saya menitip STNK sebagai jaminan bahwa saya insya Allah akan belik untuk membayarnya.
Sebuah kejujuran mungkin benar-benar mulai langka di dunia ini. Satu persatu orang merasa ragu dengan seseorang untuk memberikan kepercayaan atas sesuatu.
Singkat cerita, masihkah ramadhan menjadi ladang melatih kejujuran bagi kita? Ataukah puasa hanya seperti sabda Rasulullah, hanya mendapat lapar dan haus? Semoga tidak, sebab masih ada Anda dan saya yang tetap berusaha mengambil hikmah dari makna berpuasa yang sesungguhnya.
Rabu, 29 Juli 2009
Sebuah kata maaf
Ada sebuah kata yang cukup singkat namun sangat berarti. Maaf. Ya, sebuah kata yang bermakna adanya sebuah kekeliruan atau kesalahan yang pernah dilakukan. Apa karena disengaja atau tak disengaja.
...
Setelah sekian lama tak hadir di blok ini
Ingin aku mngucap kata itu juga
Maaf...
Untuk siapa?
Intinya adalah untuk diri sendiri
Sebab telah melewatkan potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Dan
Istiqomah itu memang berat.
...
Setelah sekian lama tak hadir di blok ini
Ingin aku mngucap kata itu juga
Maaf...
Untuk siapa?
Intinya adalah untuk diri sendiri
Sebab telah melewatkan potensi yang dianugerahkan oleh Tuhan.
Dan
Istiqomah itu memang berat.
Sabtu, 28 Maret 2009
Kisah Opa Sang Pelaut
“Jadilah pelaut supaya kau bisa lihat banyak tempat, banyak bangsa. Kau masih muda, masih punya banyak kesempatan. Klo Opa sudah tua”. Dia lalu melanjutkan, “Orang Makassar itu pelaut hebat-hebat, dari dulu hingga sekarang, mereka sangat cinta laut.”
Seperti biasa, siang itu aku ke workshop tujuh, sebuah bangunan besar dan tinggi seluas stadion tennis yang bisa menampung lima sampai enam lapangan. Disini salah satu lokasi fabrikasi potongan-potongan kapal (block) yang terlindung dari panas dan hujan. Disinilah saya sering bertemu dengan pak tua itu.
Usianya mungkin sekitar 60 tahun dengan perawakan agak pendek, kulit gelap. Sehari-harinya sebagai helper bagian cleaning. Tugas utamanya adalah menyapu dan membersihkan workshop seluas stadion itu beserta blok-blok kapal yang sedang dalam proses produksi.
Awalnya, setiap berpapasan dia selalu melemparkan senyum dan aku membalas sambil melambaikan tangan. Suatu hari kami bekenalan. Saling memperkenalkan diri dan asal daerah. Dari itu aku tahu dia berasal dari Ambon, dan memang tampak dari logat dan perawakannya.
Dia lalu bercerita panjang lebar bahwa dia adalah ‘orang kapal’, kru kapal bagian deck. Bermacam-macam kapal telah dilayari dengan pemilik yang bermacam-macam bendera/ negara pula, selama sepuluh tahun. Dia telah mengarungi lautan dan menginjak hampir semua negara Asia. (Ah…yang benar?) Awalnya aku seperti kurang percaya. Tapi raut wajah itu tak nampak orang yang mengada-ada. Dan sejak setahun ini beralih profesi menjadi tukang sapu. Sudah terlalu tua untuk terus melaut, katanya.
Aku tertegun dan tiba-tiba muncul kekaguman pada lelaki tua itu. Tak pernah kubayangkan lelaki tua dekil yang pakaiannya selalu kotor penuh debu itu pernah melanglang buana. Lelaki yang sering kulihat merangkak dalam blok yang sempit membersihkan debu dan bekas welding-an, ternyata bukan lelaki biasa. Yang saya herankan, kenapa kini dia ada disini, di galangan kapal yang suasananya keras. Menjadi ‘orang klining’ pula, dari jam 07.30 hingga 18.00.
“Opa sudah tua dan tidak biasa diam. Pekerjaan yang cocok untuk orang tua seperti saya disini hanya seperti ini”. Dia menjawab dengan penuh semangat. Tak tampak penyesalan di raut wajahnya karena profesinya sekarang. Subhanallah.
Pesan moral: (1)Yang tampak kadang tak seiring dengan yang kita duga. (2) Smangat terus, tak kenal usia. (3) Bangga juga pernah di Makassar, yang (dulu) orangnya hebat-hebat.
Seperti biasa, siang itu aku ke workshop tujuh, sebuah bangunan besar dan tinggi seluas stadion tennis yang bisa menampung lima sampai enam lapangan. Disini salah satu lokasi fabrikasi potongan-potongan kapal (block) yang terlindung dari panas dan hujan. Disinilah saya sering bertemu dengan pak tua itu.
Usianya mungkin sekitar 60 tahun dengan perawakan agak pendek, kulit gelap. Sehari-harinya sebagai helper bagian cleaning. Tugas utamanya adalah menyapu dan membersihkan workshop seluas stadion itu beserta blok-blok kapal yang sedang dalam proses produksi.
Awalnya, setiap berpapasan dia selalu melemparkan senyum dan aku membalas sambil melambaikan tangan. Suatu hari kami bekenalan. Saling memperkenalkan diri dan asal daerah. Dari itu aku tahu dia berasal dari Ambon, dan memang tampak dari logat dan perawakannya.
Dia lalu bercerita panjang lebar bahwa dia adalah ‘orang kapal’, kru kapal bagian deck. Bermacam-macam kapal telah dilayari dengan pemilik yang bermacam-macam bendera/ negara pula, selama sepuluh tahun. Dia telah mengarungi lautan dan menginjak hampir semua negara Asia. (Ah…yang benar?) Awalnya aku seperti kurang percaya. Tapi raut wajah itu tak nampak orang yang mengada-ada. Dan sejak setahun ini beralih profesi menjadi tukang sapu. Sudah terlalu tua untuk terus melaut, katanya.
Aku tertegun dan tiba-tiba muncul kekaguman pada lelaki tua itu. Tak pernah kubayangkan lelaki tua dekil yang pakaiannya selalu kotor penuh debu itu pernah melanglang buana. Lelaki yang sering kulihat merangkak dalam blok yang sempit membersihkan debu dan bekas welding-an, ternyata bukan lelaki biasa. Yang saya herankan, kenapa kini dia ada disini, di galangan kapal yang suasananya keras. Menjadi ‘orang klining’ pula, dari jam 07.30 hingga 18.00.
“Opa sudah tua dan tidak biasa diam. Pekerjaan yang cocok untuk orang tua seperti saya disini hanya seperti ini”. Dia menjawab dengan penuh semangat. Tak tampak penyesalan di raut wajahnya karena profesinya sekarang. Subhanallah.
Pesan moral: (1)Yang tampak kadang tak seiring dengan yang kita duga. (2) Smangat terus, tak kenal usia. (3) Bangga juga pernah di Makassar, yang (dulu) orangnya hebat-hebat.
Sabtu, 07 Maret 2009
Tanggung Jawab
"Harga sebuah keluarbiasaan adalah Tanggung Jawab, karena disanalah diuji setiap perkataan, tindakan dan kesiapan dalam menghadapi setiap resiko yang muncul". (Andrie Wongso).
Kusimpan sms itu dalam catatan yang rapi. Sms sekitar eman bulan yang lalu. Saat itu sempat berlangganan sms motivasi dari AW.
Belakangan ini harga keluarbiasaan itu semakin menantang dan seakan membuat pundak seolah terbebani beban berat. Beban yang memaksa diri untuk mencari jalan keluar dan menuntaskan setiap masalah. Dan semakin tantangan itu datang, kupaksakan meyakinkan diri bahwa aku harus menuntaskannya.
Bangunan besi ini semakin tinggi.
Kusimpan sms itu dalam catatan yang rapi. Sms sekitar eman bulan yang lalu. Saat itu sempat berlangganan sms motivasi dari AW.
Belakangan ini harga keluarbiasaan itu semakin menantang dan seakan membuat pundak seolah terbebani beban berat. Beban yang memaksa diri untuk mencari jalan keluar dan menuntaskan setiap masalah. Dan semakin tantangan itu datang, kupaksakan meyakinkan diri bahwa aku harus menuntaskannya.
Bangunan besi ini semakin tinggi.
Sabtu, 07 Februari 2009
Jadi Batman
Setahun sudah aku berada di Batam ini dengan lingkungan aktivitas dan rutinitas pekerjaan yang membutuhkan ketahanan fisik dan mental. Menantang panas matahari dan 'radiasi' pantulan dari pelat-pelat baja berwajah dingin. Menyelam debu tanah, pasir blasting, asap las. Begitu menantang. Menghadapi rekan kerja dengan temperamen yang bermacam-macam. Tantangan yang hampir merontokkan nyaliku di bulan-bulan awal. Waktu memaksa kita untuk belajar tangguh.
Hampir sepekan ini pula saya masuk shift malam. Masuk jam 18.00 dan pulang 06.00 pagi harinya. Sampai-sampai SMS seorang kawan menyebut saya 'Batman' (Aslkm, gimana kabar akh? Baru tau kalau antum sekarang jadi Batman akh). Yah, seperti inilah saat kapal lagi 'urgen' sehingga pekerjaan mesti dikebut. Jadi kelelawar? jangan sampai.
Memang ritme lagi rada kurang normal. Biasanya malam untuk istirahat, tapi beberapa hari ini semuanya seperti dunia terbalik. Malam-malam naik kapal, masuk tangki yang pengap, tenggelam dalam perut bangunan besi, hingga subuh. Wearepack jadi babak belur, kotor dan dekil. Semoga ga kolaps besok malam.
Sekarang ada rutinitas aneh: menjelang fajar cek kerjaan para worker, (1)naik kapal, (2)masuk tanki, (3)cari hidran, (4)wudhu, (5)pray...
Dah dulu, masih agak lelah nih.
Tanda 'batman' lagi offline' :)
Kamis, 29 Januari 2009
Duka gadis kecil Palestina
Nanar aku memandang bocah kecil itu
Meraung pedih tapi sunyi
Dalam selembar foto
Gadis kecil Palestina
Penuh darah di wajahnya
Mengucur
Darah mengucur basahi bajunya
Dalam pelukan seorang lelaki
Berlari berusaha selamatkan nyawa
Terdengar teriakan yang menembus
Yang terdengar dalam hatiku
Bergetar suara itu menggema
“Ummi…Abi…ayna anta?”*
Badanku merinding
Sebab ada ribuan lagi kawan gadis itu
Yang senasib dirinya
Bahkan tlah syahid
Di sudut lain kota Gaza
Anak-anak Palestina itu
Duduk di sisi jasad ibunya
Menangis
Dadaku sesak...
Batam, 13 Januari 2009
Meraung pedih tapi sunyi
Dalam selembar foto
Gadis kecil Palestina
Penuh darah di wajahnya
Mengucur
Darah mengucur basahi bajunya
Dalam pelukan seorang lelaki
Berlari berusaha selamatkan nyawa
Terdengar teriakan yang menembus
Yang terdengar dalam hatiku
Bergetar suara itu menggema
“Ummi…Abi…ayna anta?”*
Badanku merinding
Sebab ada ribuan lagi kawan gadis itu
Yang senasib dirinya
Bahkan tlah syahid
Di sudut lain kota Gaza
Anak-anak Palestina itu
Duduk di sisi jasad ibunya
Menangis
Dadaku sesak...
Batam, 13 Januari 2009
Sabtu, 10 Januari 2009
Dimana hati nurani
Hatiku remuk redam
Tak ada lagi hati nurani
Segala kebiadaban tak tertandingi di akhir zaman ini
Terpampang di depan hidung kita
Pembantaian anak manusia
Israel, tak punya hati
Pendukung Israel, hatinya mati
MARI BANTU SAUDARA KITA
Cukup air mata itu
Saat dengan (walau) dana
Di Gaza, di Palestina
Tanah warisan para nabi
Setelah Masjidil Haram
Aku tak bisa berkata-kata lagi
Sumber:http://portail.islamboutique.fr/gaza2008/
Tak ada lagi hati nurani
Segala kebiadaban tak tertandingi di akhir zaman ini
Terpampang di depan hidung kita
Pembantaian anak manusia
Israel, tak punya hati
Pendukung Israel, hatinya mati
MARI BANTU SAUDARA KITA
Cukup air mata itu
Saat dengan (walau) dana
Di Gaza, di Palestina
Tanah warisan para nabi
Setelah Masjidil Haram
Aku tak bisa berkata-kata lagi
Sumber:http://portail.islamboutique.fr/gaza2008/
Jumat, 02 Januari 2009
Masa berganti
Masa berganti membawa catatan lama
Tuk menjadi jejak
Jejak menjadi tanda
Bukan membuat berbalik
Tapi hanya sekedar menoleh
Sesaat-sesaat
Tuk menjadi jejak
Jejak menjadi tanda
Bukan membuat berbalik
Tapi hanya sekedar menoleh
Sesaat-sesaat
Langganan:
Postingan (Atom)
BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN
Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...
-
(Klik untuk memperbesar gambar) Indah yang tersembunyi Taman langit menghampar semesta alam Mengabarkan kekuasaanNya dari ...
-
"Jangan melihat hujan dari apa yang jatuh, tapi pada apa yang akan tumbuh." - Agus Noor. Beberapa hari belaka...
-
Lokasi foto: Jalan Brigjen Katamso, Batu Aji, Batam. "Aku mencari tahu apa yang dunia butuhkan. Lalu aku melangkah...