Minggu, 24 Februari 2008

OT...













OT (baca oti) adalah singkatan dari over time.
Kata yang memikat untuk menebalkan finansial.
Apa lagi di hari minggu.
Allowance dikali berlipat.

Tapi kadang aku merasa begitu materialistis hanya untuk sebuah 'oti'
dan menghabiskan hari di lingkungan yang sama,
masuk kerja hari ini, hari Ahad.

(Ada sms dari kawan, jadi kapan waktu untuk dakwah?)
Malulah engkau...

Virus...














Tulisan dua bulan lalu (29 Desember 2007)

Keinginan yang tak terkontrol ada kalanya disebabkan oleh kurangnya kekuatan untuk membendung hasrat untuk melakukan sebuah tindakan. Namun keinginan akan menjadi emosi ketika tidak terpuaskan. Pada akhirnya akan menjadi bayang-bayang yang selalu ingin dipenuhi. Tiba-tiba teori ini meluncur dari fikiranku, entah dari mana dasarnya. Ini kusebut virus keinginan.

Sebulan terakhir ini 'virus keinginan' kurasakan menyerang ulu hatiku. Keinginan yang tak terkendali dan ditunjang dengan daya dukung yang lagi memadai. Saya diserang virus yang membutku kemaruk beli buku. Ingin membeli buku sebanyak-banyaknya. Seolah ingin memindahkan isi toko buku ke kamarku. Virus yang kemudian merusak sendi-sendi pertahanan finansialku dan merusak kontrol pengeluaranku yang terbilang cukup parah dibanding sebelum-sebelumya.

Beberapa kali aku keluar masuk toko buku di kota Makassar ini. Buku-buku itu memaksa tanganku untuk meraihnya. Dan hampir setiap masuk ke sebuah toko buku selalu saja virus kemaruk itu datang dan berakhir di meja kasir. Setelah kuhitung-hitung ternyata banyak juga, ada sekitar 600-an untuk beli buku. Kaget aku.

Setelah itu kini saatnya mengurung diri. (Dont disturb!)

(Klo membaca catatan ini untuk saat ini, jadi kangen lagi memiliki waktu yang nikmat untuk menghabiskan hari dengan setumpuk buku. Bulan ini hanya sempat beli Tarbawi, namun kali ini majalah ini betul-betul serasa air yang begitu sejuk.)

Minggu, 17 Februari 2008

Tunas...

Bagai ikan mendapat kolamnya
Kubertemu lagi wajah-wajah itu
Yang dulu pernah kugeluti
Wajah-wajah itu hadir lagi
Wajah penuh gairah dan harapan

Akan menjelma jadi tunas pejuang
Menyemaikan tanah keimanan
Dalam derap para (calon) mujahid muda

(Usai rihlah dengan anak' (baru) KAMMI Batam)
Kami, sekitar dua puluhan ikhwan/akhwat berangkat dari kampus Poltek (salah satu kampus besar di Batam) menuju sebuah tempat. Yang kami tuju ternyata sebuah pantai bernama Tanjung Pinggir, di daerah Sekupang, ujung Selatan pulau batam. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam dengan Busway (ada Busway juga rupanya disini) tibalah kami.

Suasana sejuk dengan angin berhembus syahdu dari laut ditambah pasir putih yang indah. Dan dari kejauhan nampak warna kelabu gedung-gedung pencakar langit negeri tetangga, Singapura. Kami menyusuri pasirnya yang putih lembut, hingga bermain bola, mandi di laut setelah dipaksa. Judul hari ini sebenarnya adalah 'lepaskan lelahmu' (minimal buat saya setelah puyeng bertemu sepanjang hari dengan bangunan kapal).

Acara yang dinanti adalah makan siang tentunya. Usai dhuhur dilanjutkan briefing/ sharing dengan tunas-tunas KAMMI Batam ini yang katanya tergolong masih baru. DM 1 pertama mereka baru sekitar 3 bulan yang lalu. Kami menjadi 'penasehat dadakan' di forum ini.
Thank to Akh Agus, Ikram & Tawa yang mengajak melihat sisi indah lain kota Batam.

Minggu, 10 Februari 2008

Menolehlah ...









Di bawah bayang bangunan double bottom dan cuaca yang terik terdengar merdu di earphone-ku sebuah suara:

Seseorang memanggil temannya yang sedang berada di bawah. Karena suara bising mesin dan peralatan kerja, panggilan itu tidak didengar. Untuk menarik perhatiannya, dia melemparkan uang koin di depannya. Temannya tersebut mengambil uang tersebut namun tidak menoleh ke atas, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Teman yang di atas mengualang lagi menjatuhkan uang koin. Dia mengambilnya lagi dan melanjutkan lagi pekerjaannya, tetap tidak menoleh ke atas. Karena kesal, teman yang diatas mengambil sebuah batu kecil dan menjatuhkan tepat di atas kepala temannya itu dan barulah menoleh ke arah jatuhnya batu tersebut.

Tuhan kerap memberikan kita 'code' kepada kita agar menoleh panggilannya. Kode tersebut kadang berbentuk uang koin atau batu kecil. Bisa jadi berbentuk kebahagiaan atau sebaliknya, berbentuk kepedihan.


Teman yang dibawah tadi ketika dijatuhkan uang koin dia tidak menoleh ke atas bahkan seolah acuh dari mana jatuhnya uang tersebut. Barulah dia menoleh keatas saat yang jatuh dan bahkan mengenai kepalanya sebuah batu.


Jangan sampai kita baru meminta kepadanya saat kita ditimpa kesulitan.

(Sebuah renungan dari Salam FM 107.2 Batam, radio dakwah dan informasi)

Minggu, 03 Februari 2008

Lentera














Aku melangkahkan kaki menuju Taman Niaga Batam. Jarak tempat ini lumayan jauh, katanya sekitar 17 km dari tempat tinggalku, dengan angkot sekitar setengah jam. Aku merasa dari Makassar-Maros kalau di Sulsel. Malam itu (kemarin) ada tatsqif rutin yang dilaksanakan oleh DPD Batam. Di salah satu penggalan materi sang ustad menyelipkan sebuah hikmah yang belum pernah aku dengar sebelumnya. Catatan ini hasil daur ulang dari penyimakan saya malam itu. Malam aku diterangi lentera yang indah.

Dikisahkan ada seorang pemuda berjalan di sekitar rumah penduduk di sebuah negeri. Secara tidak sengaja dia melihat seorang wanita yang sedang mandi dan dia melihat tubuh wanita tersebut. Belum sempat dia berfikir untuk menikmati, spontan dia dilanda ketakutan.

Ketakutan karena apa?

Setelah itu dia kabur meninggalkan daerah tersebut, menghilang dan menyendiri di sebuah tempat. Konon dia mengasingkan diri di sana selama lebih dari sebulan hingga akhirnya seseorang yang terkemuka di negeri tersebut menyadari kehilangannya dari tengah-tengah masyarakat dan meminta untuk mencarinya.

Orang terkemuka tersebut menyuruh untuk mengetahui keberadaannya dan mengharapkan untuk bertemu dengan pemuda tersebut.

Sang pemuda tinggal di sebuah bukit yang berada sangat jauh dari negeri yang ia tinggalkan. Ketika dicari dengan menyebutkan ciri-ciri pemuda tersebut, seorang penduduk mengethui tempat tinggal pemuda tersebut.

Saat akhirnya pemuda tersebut ditemukan dan dikabarkan dia dicari oleh seorang terkemuka di negerinya, dia menjadi begitu ketakutan. Dia dibawa bertemu dan ketika dia bertemu ketakutannya memuncak dan akhirnya jatuh pingsan. Setelah siuman dia jatuh sakit lagi selama beberapa hari.

Apa sebenarnya yang terjadi dengan pemuda tersebut. Siapakah dia dan siapa orang terkemuka yang mencarinya itu?

Ini cerita lengkapnya yang saya dapat dari kecanggihan 'om Google'.

Seorang pemuda dari kaum Ansar yang bernama Tsa'labah bin Abdurrahman telah masuk Islam. Dia sangat setia melayani Rasulullah s.a.w. Suatu ketika Rasulullah s.a.w. mengutusnya untuk suatu keperluan. Dalam perjalanannya dia melalui rumah salah seorang dari Ansar, maka terlihat dirinya seorang wanita Ansar yang sedang mandi. Dia takut akan turun wahyu kepada Rasulullah s.a.w. menyangkut perbuatannya itu. Maka dia pun pergi kabur. Dia menuju ke sebuah gunung yang berada diantara Mekkah dan Madinah dan terus mendakinya.

Selama empat puluh hari Rasulullah s.a.w. kehilangan dia. Lalu Jibril a.s. turun kepada Nabi s.a.w. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu menyampaikan salam buatmu dan berfirman kepadamu, "Sesungguhnya seorang laki-laki dari umatmu berada di gunung ini sedang memohon perlindungan kepada-Ku.""Maka Nabi s.a.w. berkata, "Wahai Umar dan Salman! Pergilah cari Tsa'laba bin Aburrahman, lalu bawa kemari." Keduanya pun lalu pergi menyusuri perbukitan Madinah.


Dalam pencariannya itu mereka bertemu dengan salah seorang penggembala Madinah yang bernama Dzufafah. Umar bertanya kepadanya, "Apakah engkau tahu seorang pemuda di antra perbukitan ini?" Penggembala itu menjawab, "Jangan-jangan yang engkau maksud seorang laki-laki yang lari dari neraka Jahanam?" "Bagaimana engkau tahu bahawa dia lari dari neraka Jahanam?" tanya Umar. Dzaufafah menjawab, "Kerana, apabila malam telah tiba, dia keluar kepada kami dari perbukitan ini dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Mengapa tidak cabut saja nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti keputusan!" "Ya, dialah yang kami maksud," tegas Umar.


Akhirnya mereka bertiga pergi bersama-sama.Ketika malam menjelang, keluarlah dia dari antara perbukitan itu dengan meletakkan tangannya di atas kepalanya sambil berkata, "Wahai, seandainya saja Engkau cabut nyawaku dan Engkau binasakan tubuhku, dan tidak membiarkan aku menanti-nanti keputusan!" Lalu Umar menghampirinya dan mendekapnya. Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Apakah Rasulullah telah mengetahui dosaku?" "Aku tidak tahu, yang jelas kemarin beliau menyebut-nyebut namamu lalu mengutus aku dan Salman untuk mencarimu." Tsa'labah berkata, "Wahai Umar! Jangan kau bawa aku menghadap beliau kecuali dia dalam keadaan sholat"Ketika mereka menemukan Rasulullah s.a.w. tengah melakukan sholat, Umar dan Salman segera mengisi shaf. Tatkala Tsa'laba mendengar bacaan Nabi saw, dia tersungkur pingsan. Setelah Nabi mengucapkan salam, beliau bersabda, "Wahai Umar! Salman! Apakah yang telah kau lakukan Tsa'labah?" Keduanya menjawab, "Ini dia, wahai Rasulullah saw!"


Maka Rasulullah berdiri dan menggerak-gerakkan Tsa'labah yang membuatnya tersedar. Rasulullah s.a.w. berkata kepadanya, "Mengapa engkau menghilang dariku?" Tsa'labah menjawab, "Dosaku, ya Rasulullah!" Beliau mengatakan, "Bukankah telah kuajarkan kepadamu suatu ayat yang dapat menghapus dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan?" "Benar, wahai Rasulullah." Rasulullah s.a.w. bersabda, "Katakan・Ya Tuhan kami, berilah kami sebahagiaan di dunia dan di akhirat serta peliharalah kami dari azab neraka." (QS Al-Baqarah:201)Tsa'labah berkata, "Dosaku, wahai Rasulullah, sangat besar." Beliau bersabda,"Akan tetapi kalamullah lebih besar." Kemudian Rasulullah menyusul agar pulang kerumahnya. Di rumah dia jatuh sakit selama lapan hari. Mendengar Tsa'labah sakit, Salman pun datang menghadap Rasulullah s.a.w. lalu berkata, "Wahai Rasulullah! Masihkah engkau mengingat Tsa'labah? Dia sekarang sedang sakit keras."

Maka Rasulullah s.a.w. datang menemuinya dan meletakkan kepala Tsa'labah di atas pangkuan beliau. Akan tetapi Tsa'labah menyingkirkan kepalanya dari pangkuan beliau."Mengapa engkau singkirkan kepalamu dari pangkuanku?" tanya Rasulullah s.a.w. "Kerana penuh dengan dosa." Jawabnya Beliau bertanya lagi, "Bagaimana yang engkau rasakan?" "Seperti dikerubuti semut pada tulang, daging, dan kulitku." Jawab Tsa'labah. Beliau bertanya, "Apa yang kau inginkan?" "Ampunan Tuhanku." Jawabnya.Maka turunlah Jibril as. dan berkata, "Wahai Muhammad! Sesungguhnya Tuhanmu mengucapkan salam untukmu dan berfirman kepadamu, "Kalau saja hamba-Ku ini menemui Aku dengan membawa sepenuh bumi kesalahan, niscaya Aku akan temui dia dengan ampunan sepenuh itu pula."


Maka segera Rasulullah s.a.w. memberitahukan hal itu kepadanya. Mendengar berita itu, terpekiklah Tsa'labah dan langsung ia meninggal.Lalu Rasulullah s.a.w. memerintahkan agar Tsa'labah segera dimandikan dan dikafani. Ketika telah selesai disholatkan, Rasulullah s.a.w. berjalan sambil berjingkat-jingkat. Setelah selesai pemakamannya, para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah! Kami lihat engkau berjalan sambil berjingkat-jingkat." Beliau bersabda, "Demi Zat yang telah mengutus aku sebagai seorang nabi yang sebenarnya! Kerana, banyaknya malaikat yang turut menziarahi Tsa'labah."

(copy dari heekmah.blogspot.com)

Aku malu kepada Tsa'labah
Aku malu pada-Nya
Atas besarnya imannya kepada Allah
Atas sikap khaufnya kepada Allah
marhaban

(Usai tatsqif di DPD Batam malam itu)

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...