Senin, 24 Desember 2007

Abraham berkorban















Entah dari mana dorongan yang begitu besar untuk memiliki buku ini. Kubaca tulisan di depan-belakang. Kubolak-balik, kutimang-timang tapi ragu untuk membawanya ke kasih. Satu alasannya, harganya lumayan mahal juga. Tapi seolah ingin terjun bebas dari atas gedung tinggi, akhirnya terbeli juga karena satu sebab. AKU INGIN BACA BUKU INI.

Beberapa tahun saya kemarin pertama kali mengetahui buku ini lewat penulis yang sama dari bukunya yang sempat saya baca sepintas, 'Prophet Muhammad'.

Ada beberapa catatan yang menarik dari buku ini yang berkaitan dengan momen Dzulhijjah bulan ini.

Ditulisakan dalam buku ini bahwa dalam Alkitab dikisahkan tentang Abraham sebagai person yang dijanjikan akan menjadi bapak dari bangsa yang besar. Akan menjadi pemimpin besar. Dan dia mempercayai itu sehingga dia diberi peridikat beriman kepada Tuhan. Beriman atas janji Tuhan tersebut.

Ada satu hal yang membuat Abraham sepintas tidak masuk akal baginya dan terkesan tidak lumrah. Bagaimana mungkin dia akan dijadikan Tuhan sebagai bapak bangsa yang besar padahal dia tidak memiliki keturunan, tidak memiliki anak. Seorangpun. Padahal anak keturunan merupakan elemen penting bagi sebuah generasi untuk mengembangkan dan membesarkan namanya.

Pada akhirnya atas kehandak Tuhan Abraham diberitahukan bahwa istrinya, Sara, akan mengandung dan akan melahirkan anak. Disini terlihat lagi situasi yang terkesan lucu baginya dan mungkin saja dia tertawa. Bagaimana mungkin istrinya akan melahirkan seorang anak padahal istrinya mandul dan telah masuk masa menopause. Demikianlah sehingga akhirnya Tuhan menakdirkan istrinya mengadung dalam usia dan kondisi yang diluar kebiasaan.

Ketika anaknya lahir diberi nama Ishak yang dapat diartikan 'tertawa'. Dalam versi Islam yaitu Ismail, yang kemudian Tuhan menyuruhnya untuk mengorbankan anaknya tersebut. Di dunia pagan, kegiatan pengorbanan adalah sebuah hal yang biasa. Menurut mereka, anak pertama biasanya adalah titisan dewa yang dilahirkan melalui manusia. Sehingga nilai unsur dewanya berkurang. Untuk mengembalikan kesempurnaan unsur tersebut maka anak tersebut dikembalikan kepada ayahnya, dewa, dengan cara mengorbankannya.

Setelah mendapat perintah mengorbankan anaknya, anak yang satu-satunya, anak yang sekian puluh tahun dinantikan, Abraham melakukan perjanan selama 3 hari menuju ke sebuah bukit. Semantara ishak membawa kayu bakar, yang akan dipakai membakar korban, yaitu dirinya sendiri. Namun akhirnya Tuhan iba setelah dia yakin atas keteguhan Abrahammelakukan perintah.

Di telingan orang modern, penggambaran tentang Tuhan terkesan kejam dan tidak konsisten. Dan kadang tidak bisa menerima persepsi seperti itu.

Dalampembahasan diatas dan banyak bagian dalam buku Karel Amstrong ini ingin memperlihatkan bagaimana awal mula ide tentang Tuhan dan penggambaran karakter Tuhan melalui literatur dan pemikiran manusia sejak nabi Abraham hingga kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BERQURBAN SEBAGAI BUKTI KETAATAN

Setiap kebaikan sejatinya bisa dilaksanakan kapan saja. Namun berqurban di hari Idul Adha (dan tiga hari setelahnya) adalah momentum istim...